This foto belong to AFSP Central Florida

Rabu, 19 Mei 2010

Gerobak Untuk anak-anakku

Sebuah nostalgia dan pernah saya posting beberapa waktu yang lalu. Untuk keperluan Kontes Blog "Berbagi Kisah Sejati" maka saya posting ulang kembali. Dan atas perkenan Mbak Anazkia sang penyelenggara dan sponsor yang telah sepenuh hati mendukung hal ini yaitu Denaihati, saya haturkan terimakasih atas kesempatan ini.Semoga kisah berdasar pengalaman pribadi saya ini tidak mengecewakan. Alhamdulillah

Inilah kisahnya:


Sejak kepindahan keluarga kami dari kota Bandung, sudah sekitar dua tahun lebih tidak melihatnya. Entah mengapa, sekarang aku teringat lagi kepada mereka.

 Seorang Bapak pemulung yang setiap hari memutari perumahan tempat kami tinggal untuk memungut apa saja barang-barang dari tempat sampah warga perumahan yang bisa ia jual kembali. Barang-barang bekas dari plastik atau kardus yang telah menjadi sampah itu diletakkannya di dalam gerobaknya yang ia tarik setiap hari kemanapun ia pergi.

Di dalam gerobak penuh barang-barang bekas itu duduk anak laki-lakinya yang berusia sekitar 2 tahun (pada saat itu) 'anteng' bermain-main dengan mobil-mobilan yang didapat ayahnya dari tempat mana lagi selain tempat sampah orang.

 Dibelakang gerobak yang ditarik sang bapak, berjalan istrinya dengan menggendong seorang bayi perempuan. Berjalan mengikuti kemana saja suaminya pergi,sambil sesekali ia pungut juga sesuatu yang belum terambil oleh suaminya.

 Demikian setiap hari, keluarga kecil itu beriringan berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain, "menyulap" sampah orang untuk dijadikan sebungkus nasi untuk keluarganya.

Suatu pemandangan yang menyentuh hati, menyaksikan ketabahan mereka.


Jika aku sedang merawat tanamanku, atau menyapu halaman, kulihat dari sudut mataku, sang bapak berdiri diam di pintu pagar rumahku. Tidak mengatakan atau meminta sesuatu apapun kecuali menyapaku dengan kata-kata yang kadang-kadang sulit kumengerti karena baru tersadari bapak pemulung ini ternyata kurang fasih dalam berbicara sehingga terkesan seperti sedang bergumam tapi aku tahu pasti dia berbicara dalam bahasa Indonesia.

Jika sudah demikian, aku hanya tersenyum dan mengangguk saja. Awalnya ada rasa 'takut', tetapi setelah melihat anak-anak dan istrinya, rasa itu berganti menjadi iba. Jika ditawarkan sesuatu, makanan atau barang, maka nampak mimik senang di wajahnya.


Semakin lama aku dan keluarga mereka semakin "akrab". Keakraban yang hanya bisa difahami oleh masing-masing hati kami, karena tidak pernah ada obrolan panjang diantara kami. Istrinyapun bahkan tidak pernah bicara, hanya mengggendong bayinya dan memperhatikan si sulung di dalam gerobaknya.


Jika telah selesai "urusan"nya di rumahku, maka mereka akan segera melanjutkan perjalanannya ke gang-gang lain, dari satu pintu pagar ke pintu pagar yang lain, mengais-ngais sampah di halaman orang.


Saat mereka menjauh, dari belakang sering kuperhatikan keluarga itu. Betapa hebatnya 'perumpamaan' yang Allah berikan melalui figur mereka. Seluruh "dunia"  mereka hanya sepenuh gerobak yang ditarik sang pemulung. Tak punya walau segubuk kumuh untuk tempat berteduh, tak ada janji makanan apa yang bisa ditemukan hari ini untuk istri dan anak-anak balitanya, tak ada ganti untuk pakaian kotor dan kumal. Betapa menakjubkannya Allah Tuhanku, dimana mereka berteduh jika datang hujan lebat?  kemana mereka pergi mendapatkan makan dan minuman? apakah berhasil menemukan nasi, yang cukup untuk empat orang? bagaimana dalam keadaan seperti itu, anak-anak mereka nampak gemuk dan sehat walau terlihat kotor dan lusuh?.

Sulit kubayangkan jika kucoba membandingkan dengan keadaanku, saat istri pemulung itu hamil lalu melahirkan. Dimana bersalinnya dan siapa yang menolongnya?  Apakah mereka mendapatkan barang sedikit popok atau kain untuk bayinya?. Bagaimana jika salah satu atau kedua anak mereka sakit atau demam ? Apakah mereka tahu dan bisa membeli obat penurun panas untuk meredakan sakit anaknya? apakah mereka memiliki selimut untuk menghangatkan tubuh buah hatinya?


Maha Suci Allah yang Maha Agung
Jika DIA memberikan rezekyNYA kepada cacing-cacing tak bermata dalam tanah, atau belatung-belatung lemah dalam makanan busuk, atau dia berikan rezekyNYA kepada Kecoa, Kelabang, Tikus di got-got. Maka tentu telah DIA sediakan pula rezekiNYA yang Maha Luas bagi keluarga ini.Karena sesunguhnya DIA lah Sang Maha Pemelihara.

Kini aku telah tinggal di tempat yang jauh dari mereka. Tidak kusaksikan lagi salah satu ayat Tuhan itu. Tidak pernah kudengar lagi berita tentang mereka.

Kecuali pada suatu hari, alangkah gembiranya aku ketika mudik ke rumah orang tuaku  dimana tidak jauh dari rumahku dulu. Allah pertemukan kembali aku dengan mereka. Tidak berbeda dengan masa yang lalu, sang Ayah menarik tali gerobaknya yang tersangkut di pundak dan tangan di tiang gerobaknya. Hanya saja kala itu yang berada dalam gerobak bukan hanya Sang Kakak yang telah tumbuh besar, tetapi juga sang adik perempuan yang  telah berusia kira-kira dua tahun.

Tetapi ada yang kurang....Dimana sang Ibu?
Saat kutanyakan kepada bapak pemulung itu, dengan wajah murung ia mengabarkan bahwa ibu anak-anak telah pergi entah kemana. Meninggalkan suami dan anak-anaknya yang masih teramat kecil. Pergi karena tak kuat menahan penderitaan kehidupan mereka. Tanpa kabar,tanpa berita.

Aku menatap anak-anak itu di dalam gerobak sang pemulung, sedang asyik bercengkrama. Tidak tahu kemana ibu mereka pergi. Hanya kepada Ayah tempat mereka bergantung kini.

Kubayangkan anak-anakku sendiri. Rahma satu tahunku. Bagaimana keadaannya jika tiba-tiba kutinggalkan pergi dan tak kembali. Sedang sehari-hari 24 jam dia bersamaku, menikmati hari-harinya bersama orang yang bisa dipanggilnya ibu. Bagaimana dengan mereka? anak-anak yang sebaya dengan anak-anakku? anak-anak kita semua?  Mereka balita, sangat polos dan lugu.

Tetapi pertanyaan itu tak pernah terjawab, seiring berlalunya sang pemulung. Membawa jauh seluruh "dunia"nya, barang-barang rongsokan dan kedua buah hatinya.


Semoga Allah selalu Melindungi mereka, Menyelimuti mereka dengan Kasih dan SayangNYA, Membekalkan Ilmu ,  mengaruniakan kesehatan dan kesejahteraan, serta menghadiahkan Keselamatan.
Allahumma ya Rabby,Aamiin.

-------------------------------------------------------------------------
Catatan : Terakhir menurut cerita tetangga lamaku yang masih tinggal di Bandung, sekarang sang Ayah kembali menarik gerobaknya tanpa kedua anaknya, entah apa yang terjadi...wallahu a'lam

15 komentar:

Anazkia mengatakan...

Terimakasih banyak, Mbak. Linknya segera saya kirimkan ke juri :)

Winny Widyawati mengatakan...

Terimakasih mbak Anaz :)

Rinda mengatakan...

aduh ceritana meni sae pisan teh win,,sing menang atuh ya,didoakeun ku neng rinda,,,^^



Miss Rinda - Personal Blog

Winny Widyawati mengatakan...

@ Miss Rinda
Htur nuhun atuh neng ah c neng mah meni pinter memuji, nu biasa2 ge sae weeh...tapi hatur nuhun do'ana nyaaa

ihsan mufthi mengatakan...

muhun teh abdi satuju sareng miss rinda,, certa edun pisan euy,, abdi hampir ceurik maca carita teteh...

salam;ican budak sukabumi

Winny Widyawati mengatakan...

@ Ihsan
wkwkwk aduh meni asa di manaaa ieu teh nyararunda begieu...hihihi. Nuhun kang Ihsan :)

Padang Cahaya mengatakan...

waduh, lomba lagi nich? jadi kepengen...hehehe.. semoga menang mba', tak dukung wis...

catatan kecilku mengatakan...

Mbak Win.., aku sangat tersentuh membaca kisah sejati ini.
Bagus banget mbak... semoga menang ya..
Aku sampai sekarang malah belum ketemu ide nih... :((

Winny Widyawati mengatakan...

@ Padang Cahaya
Wah terimakasih atas dukungannya kalo beggitu hehe :)

@ Catatan Kecilku
Kalo kisah sejati gak usah cari ide kayaknya mbak, cukup pengalaman pribadi aja. Pasti mbak jagonya deh :)

annie mengatakan...

assalamu'alaikum ...
Teh Winny, selamat ya atas kemenangannya dalam Kontes Berbagi Kisah Sejati. Tulisannya saya suka.

yansDalamJeda mengatakan...

Sebuah kisah yang "membangun" dan layak menjadi pemenang. Selamat bu....
Kbr baik?

Anonim mengatakan...

'Manusia Gerobak' demikian salah satu stasiun televisi memberi judul saat menayangkan profil seperti yang ada dalam cerita ini. Sungguh menyedihkan memang bila ternyata masih ada saudara-saudara kita yang hidup seperti ini, entah karena terpaksa atau karena pilihan hidup mereka.
Dan kisah ini menjadi sangat layak untuk menang karena memang ditulis dengan bahasa yang menarik dan mudah di pahami.
Selamat atas terpilihnya tulisan ini sebagai pemenang ketiga.

Lalu Abdul Fatah mengatakan...

Selamat ya, Mbak, telah berhasil meraih juara tiga.

Memang, orang-orang sekitar banyak sekali yang bisa kita jadikan sumber pelajaran kehidupan. Salah satunya Bapak Pendorong Gerobak.

Subhanallah... :)

saidiblogger mengatakan...

Selamat yah atas juaranya.. :D

aishi lely mengatakan...

selamt mb jadi juara... hiks sedih nih ma ceritanya..hayuk mb wajib kasih tau kmn tuh 2ank itu... jd ikut kpikiran :(
follow^^