This foto belong to AFSP Central Florida

Tampilkan postingan dengan label tafakur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tafakur. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Juni 2010

Aku Tak Tahu....


Tercekat aku di sudut kebisuanku
Menyaksikan bencana dan durjana semakin mengakar mengurat nadi 
Meraja lela di pelosoknya
Mewabah di setiap lorong-lorong
Menghantui rumah-rumah si lemah


Telah tak memandang siapa
Kawan, sahabat ataupun saudara
Orang tua ataupun anak mendapatkan aniaya
Lebih mulia binatang melata 
Dibiarkan hidup sedang nyawa manusia tlah tak berharga   


Mengapa DIA membiarkan ini semua terjadi ? 
Rumah-rumah yang digusur tanpa ampun, ketimpangan sosial yang memuakkan, bencana dan wabah penyakit yang bertubi-tubi, kerusakan moral dari kalangan kanak-kanak hingga lansia, pelacuran terselubung maupun terbuka, penyimpangan seksual, pemerkosaan, pembunuhan...???
Dimana DIA saat bayi-bayi tak bersalah itu dibunuh ibunya? 
Dimana DIA saat anak-anak tak bersalah itu diperkosa,disodomi, dibunuh pula? 
Dimana DIA saat anak-anak yang ditinggal orang tuanya bekerja menjadi arang, terbakar hidup-hidup dirumahnya yang terbakar? 
Dimana DIA saat para istri tercabik-cabik hatinya luar biasa disaat suaminya memadu kasih dengan wanita lain? 
Dimana DIA saat para perampok menyatroni rumah dan membunuh penghuninya tanpa rasa berdosa? Dimana DIA saat para penjajah itu merangsek masuk ke negeri orang membantai membunuhi warganya?
Dimana DIA saat si sakit meraung-raung tak bersuara menahankan penderitaan di tubuh lemahnya ?


Dimana DIA ????
Dimana Allahku.....???
Menangis........
Menangis aku dalam hatiku....

Senyaap.......Heniing
Sesuatu mengetuk-ngetuk pintu kalbuku...
Melingkari relungku dengan bias cahaya
Deg deg deg
Huw Huw Huw


Kurasakan DIA amat dekat padaku
Tak dapat kutebak jarakNYA
Namun NafasNYA menyelubungiku 
Membuatku tenggelam di dalam RahasiaNYA
Aku tersilau dalam MisykatNYA
Cahaya di atas Cahaya


Seketika membahana didalam akal dan merasuk kedalam nuraniku
Tak usah kau pertanyakan kebijakanKU
Biarlah AKU tetap menggenggam RahasiaKU
IlmuKU meliputi segalanya diseluruh CiptaanKU
Dan tiada yang kau ketahui melainkan amat sedikit
Yakinilah !!
Kasih sayangKU melampaui murkaKU
Maka Bersyukurlah kepadaKU
Dan tetaplah mengingatKU


Tiba-tiba aku menyadari kefaqiranku
Bahwa benar tiada yang kuketahui kecuali sedikit dari apa yang diberikan Tuhanku 
Kehadiranku sajapun di dunia ini dahulu tak kumengerti sebagai bayi merah tak berdaya
Aku tak pernah memilih kehidupanku
Bahkan aku tak memilih ragaku sendiri
Aku tak memilih ayah dan ibuku darimana aku lahir
Aku tak mengetahui setiap sel dalam tubuhku bergerak di jagad ragaku
Aku tak mengetahui setiap detak jantungku mengetuk tanda kehidupanku
Aku tak mengetahui setiap hela nafasku menyambung setiap detik usiaku
Aku tak tahu.... 
Sungguh aku tak tahu
Hanya DIA yang Maha Tahu
Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun
Sesungguhnya kita semua milikNYA, dan kita semua akan kembali kepadaNYA
Cukuplah Allah saja bagiku

Kamis, 17 Juni 2010

God Spot ; Menjadi hamba yang berkibar dengan Tuhannya

Bismillah

Berdesir hati saya saat membaca sebuah artikel yang bagi saya sangat "mencerahkan" akal budi dan kesadaran bathin. Artikel itu bertema 'God Spot' *Titik Tuhan* dimana selama ini orang memahami hal itu pusatnya berada di otak. Mungkin tidak sepenuhnya salah, namun penjelasan-penjelasan yang selama ini ada kurang detail.

Artikel itu mengangkat dua ayat dalam Al-Qur'an yaitu :
QS.Al-Anfal : 2
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebutkan Allah (nama Tuhan yang Al-Ghaib tetapi mutlak adaNYA) maka gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNYA bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal".

QS.Az-Zumar : 23
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al-Qur'an yang serupa (mutunya) lagi berulang-ulang. gemetarlah karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah".

Apa hubungannya kedua ayat diatas dengan God Spot yang dimaksud ?
Melihat ayat tersebut diatas dimana disebutkan gemetar kulit orang beriman jika disebutkan Nama Allah, dan ayat kedua menyebutkan menjadi tenanglah kulit dan hati orang yang mengingat sang Pemilik Nama Allah. Mengapa disebut dalam al-Qur'an kata 'Kulit'?
Dimulai dari otak yang menerima "sentuhan" dari panca inderanya lalu bereaksi yang menyampaikan pesan yang diterimanya keseluruh tubuh.hingga ke kulit ari sekalipun akan menerima akibat dari penerimaan otak tersebut.
Jika kita mampu mengiqra' hingga ke unsur yang paling halus berupa DNA manusia, maka kita akan melihat DNA itu selalu bergerak selalu bergetar yang jika didengarkan dengan alat yang sangat sensitif, maka kita akan mendengar getarannya berbunyi dan bunyinya seperti suara dzikir. Apabila kita berdzikir, suaranya akan monoton demikian pula dengan DNA. Hal ini membuktikan bahkan hingga unsur terkecil sekalipun, jagad ciptaan Allah ini selalu bergetar,  bergerak,  berdzikir. Belum lagi jika menyimak organ-organ manusia yang ukurannya jauh lebih besar dari DNA seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru bahkan dagingpun selalu bergerak di jagad jasmaninya manusia yang masih hidup.

Dalam artikel itu disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dalam kondisi yang sangat sempurna . Apabila sel otak manusia aktif akan menunjukkan betapa hebatnya ciptaan Allah, bayangkan Malaikat saja sampai "minder" saat Nabi Adam as diberi ilmu pengetahuan oleh Allah (QS.Al-Baqarah 30-33) dan apabila kasasitas sel otak manusia aktif seluruhnya bakal terkuak seluruh rahasia alam ini. bahkan Al-Qur'an pun akan terkuak rahasianya. Disinilah kelemahan manusia selama ini yakni tidak memfungsikan akalnya sebagai baitul makmur yaitu bait/rumah tempat memakmurkan Dzat,Sifat dan Af'alNYA yang Al-Ghaib tetapi mutlak keberadaanNYA, yang Allah asmaNYA.

Saya termenung, sedangkan diri ini masih lebih "digetarkan" oleh hal-hal selain DiriNYA, pantaslah jika masih merasa lelah dengan kesibukan-kesibukan duniawi. Walaupun akan dianggap wajar kelelahan itu karena memang diri ini masih berjiwa raga, namun itu semua disadari karena jiwa raga yang lelah ini memang seringkali kosong dari dzikir, hampa dari tafakur, jauh dari  berkhalwat hanya dengan diriNYA.

Mengingat-ingatNYA, senantiasa mendzikiriNYA akan membuat setiap sel dari trilyunan sel yang ada dalam tubuh manusia bergerak, berputar, dinamis menajadi motor bagi sang insan untuk selalu bekerja berusaha hanya demi mensucikanNYA. DimampukanNYA mengelola garapan dunia semata-mata untuk memproses pensucian dirinya. Segala tingkah laku dan perbuatannya serta gerak gerik bathinnya sama sekali tidak diperintah oleh hawa nafsu dan watak 'aku'nya tetapi murni mengikuti kehendak Rabbnya.

Menjadi hamba yang senantiasa berkibar dengan Tuhannya.
Wallahu a'lam

Selasa, 01 Juni 2010

Apa Yang Paling.......................di Dunia

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau mengajukan beberapa pertanyaan:
Imam Ghazali = Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 : Orang tua
Murid 2 : Guru
Murid 3 : Teman
Murid 4 : Kaum kerabat
Imam Ghazali :" Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Surah Ali-Imran:185)".


Imam Ghazali :" Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?"
Murid 1 :Negeri Cina
Murid 2 :Bulan
Murid 3 : Matahari
Murid 4 : Bintang-bintang
Iman Ghazali :" Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling jauh adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama".


Iman Ghazali :" Apa yang paling besar di dunia ini?"
Murid 1 : Gunung
Murid 2 : Matahari
Murid 3 : Bumi
Imam Ghazali : "Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf:179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka".


IMAM GHAZALI :" Apa yang paling berat di dunia?"
Murid 1 : Baja
Murid 2 : Besi
Murid 3 : Gajah
Imam Ghazali : "Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab:72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah".


Imam Ghazali :" Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Murid 1 : Kapas
Murid 2 : Angin
Murid 3 : Debu
Murid 4 : Daun-daun
Imam Ghazali :" Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan sholat".


Imam Ghazali :" Apa yang paling tajam di dunia ini?"
Murid-murid dengan serentak menjawab : 'Pedang !"
Imam Ghazali : "Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri".

Semoga bermanfaat...

Minggu, 30 Mei 2010

Ikhlas karena Cinta....

Tiada yang lebih melegakan dan membahagiakan kecuali ikhlas menyaksikan orang yang dicintai bahagia... Ketika sudah tersibak hakikat...semua terlihat sama saja...
Keberadaan diri sudah tak dirasa...
Semuanya hilang seperti ketidakpedulian....


Sifatnya ikhlas,  tak bisa menyakiti yang dicintai...
Tak kuat menyaksikan yang disayangi tersiksa...


Kalau masih punya cinta...
Yang tersisa hanya ikhlas...
Tidak ada kenapa Tuhan?....
Tidak ada seandainya....
Hanya senyum....dan sedikit air mata...,karena ternyata....diri ini masih al faqir ...

Sabtu, 22 Mei 2010

Pembuat gelap tak sadar membuat gelap....

Bismillahirrahmaanirrahiim


Rabby.....
Inilah bumiku....bumi tempat tinggalku....bumi tempat KAU hidupkan aku....
Bumi yang semakin pesat kemajuan peradaban masyarakatnya tetapi semakin terpuruk kedalam jurang kehancurannya.
Bagaimana tidak...telah KAU izinkan kami memiliki dan menikmati kemajuan abad ini namun kami campakkan ni'matMU dengan kesombongan kami.

Menangis cacing-cacing dalam tanah
Merintih burung-burung yang selalu bertasbih
Melihat perbuatan ummat manusia zaman ini yang semakin bergelimang dengan segala kealpaannya terhadap Rabbnya. Seluruh waktunya dihabiskan untuk melampiaskan hawa nafsunya kecuali sedikit (saja yang ditinggalkan untuk berbuat kebajikan).


Bagaimana orang-orang semakin berani menyakiti orang tuanya atas nama apapun bahkan atas nama agama
Bagaimana orang-orang semakin berani menyiksa dan melukai anak-anak darah dagingnya ataupun darah daging orang lain yang seharusnya dijaga dan dilindungi
Bagaimana orang-orang semakin berani melepas seluruh pakaiannya dihadapan yang bukan mahramnya
Bagaimana orang-orang semakin berani memuaskan syahwatnya pada tempat-tempat yang dibenci Tuhannya
Bagaimana orang-orang semakin berani menghina dan merendahkan martabat manusia lainnya
Bagaimana orang-orang semakin berani saling berperang tanpa hak
Bagaimana orang-orang semakin berani mengambil paksa milik manusia lainnya yang bukan hasil jerih payahnya.
Bagaimana orang-orang semakin berani menuduh dan mendakwa orang lain berada di atas kesalahan sedang dirinya berada di atas kebenaran atas nama ideologi ataupun  agama
Bagaimana orang-orang semakin berani menjadikan nafsu sebagai tuhannya.

Tercenung aku dihadapan perkataan Guruku:


Pembuat gelap yang sama sekali tidak menyadari membuat gelap
Yang diyakini malah telah berbuat padang dan terang benderang
Yang diyakini telah berjalan di tempat yang benar dan diridhai Tuhan
Karena itu maka dibela habis-habisan
Padahal gelap yang dibuatnya itu telah nyata menggelapkan jagadnya sendiri dan juga jagadnya manusia dalam hidup dan kehidupannya

Berada di tempat gelap tetapi sama sekali tidak merasa berada di tempat yang gelap
Hidup dengan nafsu yang sungguh gelap dan watak akunya yang gelapnya menghebat
Lalu iblis dan tentaranya yang madangi (menerangi) dengan api
Api itu telah benar-benar membakar habis kebenaran

Maka cerdik pandainya, cerdik pandainya gelap dengan api
Pakarnya, pakar gelap dengan api
Kekuasaannya, kekuasaan gelap dengan api
Ngaturnya, mengatur gelap dengan api
Sistemnya, sistem gelap dengan api
Tujuannya gelap dengan api
Yang diperoleh gelap dengan api di tempat sesat


Seakan-akan bumi ini telah semakin lemah akan "beban yang semakin berat".
Kerusakan yang dibuat umat manusia dengan "tangannya" akibat mempertuhan hawa nafsunya telah mengundang bencana dimana-mana.
Bencana kapan saja dan dimana saja. Kerusakan alam dan wabah penyakit, banjir dan kebakaran, gempa bumi, angin taufan hingga Tsunami. Telah tak memilih korbannya laki-laki atau wanita, miskin ataupun kaya, anak-anak atau dewasa. Semua dilibasnya atas izin Tuhannya.

Rabby...
Seakan-akan mereka ingin mengabarkan...
Bahwa Engkau telah dipersekutukan
Engkau telah tak diperdulikan
Sedang DzatMU sangatlah Dekat
Yang senantiasa menyertai dan meliputi setiap yang ada
Yang Al-Ghaib tetapi mutlak keberadaanNYA
Yang amat menginginkan dikenali oleh hamba-hambaNYA
Oleh sebab itu Engkau telah mengutus para Rasul dan wakilnya
Agar menjadi pelita bagi semua hamba
Yang menginginkan keselamatan
Yang merindukan pertemuan
Dengan kekasih tumpuan Harapan
Allah sang Maha Rahman

Semoga Allah menjadikan kami hamba-hamba yang senantiasa ditunjuki dengan hidayahNYA
Allahumma  aamiin

Sabtu, 15 Mei 2010

"Beragama" Bukan untuk Menilai Orang Lain Tetapi Untuk Mengadili Diri Sendiri......

Bismillahirrahmaanirrahiim


Alhamdulillah, malam ini Allah izinkan saya menulis lagi. .Ditemani hujan yang suaranya mendamaikan hati membuat saya sangat menikmati malam ini. Hmmm, seruput teh hangat dulu....ahh Alhamdulillaah...


Baru saja saya membaca catatan teman di situs jejaring sosial. Dan ini entah yang keberapa kali saya membaca catatannya di antara banyak sekali catatannya. Setiap membaca tulisan-tulisannya, saya sering tercenung. Dia seorang diantara beberapa orang yang menunjukkan "gelora keimanan" yang sangat kuat, seorang yang sangat bersemangat dengan "da'wahnya". Pengetahuannya atas "ilmu-ilmu agama" sangat mengagumkan teman-temannya yang jumlahnya beribu-ribu di situs tersebut (nampak dari komentar-komentar dan salut yang mengikuti catatannya itu). Sehingga seolah-olah dia itu seorang  fuqaha yang bertugas mengeluarkan fatwa. Walaupun ada juga sebagian yang rajin mengoreksi sikapnya yang sering dengan mudah memvonis orang lain sesama umat dengan sebutan fasik/dzalim/kafir karena hal-hal yang sebetulnya menurut saya banyak menyangkut hal furu'iyyah ataupun khilafiyah. Perbedaan pendapat sepertinya menjadi terlarang (nampak dari kerasnya tanggapan thp komentator yang berbeda pandangan). Barang siapa yang berbeda dengan sikapnya maka harus bersiap menerima "penilaiannya" karena dianggap telah melecehkan aqidah..


Merenungi semua itu....saya hanya bisa mengembalikan kepada Allah Sendiri sang Pemilik Kebenaran yang hakiki. Saya juga tidak ingin menyebut apa-apa atas teman saya itu karena saya tidak memiliki kapasitas dan kompetensi apa-apa apalagi Hak untuk itu. Tetapi saya juga manusia yang memiliki akal budi dan hati nurani, yang dengan semua "pembacaan" itu juga memiliki pendapat pribadi yang tidak perlu saya urai disini untuk menilai dirinya.


Saya hanya ingin berlindung kepada Allah Azza wa Jalla untuk menetapkan saya di dalam DiinNYA, di dalam Kebenaran MilikNYA, di dalam "Pelukan" DiriNYA atas segala di luar DiinNYA,diluar KebenaranNYA, diluar "PelukanNYA".


Saya manusia lemah yang tidak lepas dari penilaian dan anggapan orang lain tetapi biarlah Allah saja yang Menilai dan Menyaksikan, yang karenanya saya amat berharap saya berada di dalam BimbinganNYA sepenuhnya.


Allah, DIA lah Sang Maha Guru, yang akan menunjukkan saya kepada kebenaran yang hakiki melalui UtusanNYA yang Hak dan Sah di dunia ini karena Allah tidak mengejawantah/memperlihatkan Diri di dunia fana ini oleh sebab itu DIA mengutus RasulNYA dan WakilNYA untuk membimbing manusia kepada jalan keselamatan. Jalan yang dapat menghantarkan mereka agar dapat sampai bertemu kembali denganNYA.


Saya memohon kepadaNYA "beragama" yang dapat menunjukkan kepada saya dosa-dosa dan khilaf saya pribadi. Agar saya dapat cepat bertaubat dalam kesalahan-kesalahan saya. Agar saya dapat memperbaiki diri dalam kekurangan-kekurangan saya.Bukan "beragama" yang kemudian membuat saya pandai menilai orang lain kurang aqidahnya, pandai menunjuk orang  ini fasik orang itu dzalim orang itu kafir,sedangkan  itu semua adalah Hak Allah dan RasulNYA.


Berikan kepada saya seorang Guru yang dapat memahamkan kepada saya betapa lemahnya diri, sehingga tak ada sedikitpun yang dapat disombongkan. Bahwa diri ini dan segenap semesta ciptaanNYA bagaikan daun salam yang terombang-ambing di tengah lautan, bergerak bukan atas kehendak dan tindakannya, melainkan semata-mata hanya karena Allah yang membuatnya demikian.Memahamkan bahwa manusia ini jangankan dapat berfikir dan berkarya, bahkan bernafaspun tidak bisa kalau tidak bersama Allah.


 Saya mohonkan keharibaanNYA bahwa atas perkenanNYA saya dapat merasakan KehadiranNYA yang amat dekaat, senantiasa menyertai dan meliputi saya dimanapun dan kapanpun. Merasakan indahnya dapat selalu mengingat-ingat DiriNYA. Apalagi disaat-saat kematian mendekat, kiranya DIA sendirilah yang menjemput dan memeluk sehingga saat-saat itu merupakan saat-saat terindah bagi diri ini, dapat bertemu yang dirindukan selama ini.


 Saya berlindung kepada Allah dari segala ketakutan yang dialami segala  manusia. Ketakutan atas apapun dari dunia ini selainNYA. Takut lapar, takut miskin, takut sakit, takut gelap, takut sendirian, takut dibenci orang, takut tua, bahkan takut kematian yang pasti akan datang.


Biarlah segala kecamuk di luar diri ini bergelora seperti yang dikehendakiNYA di dalam taqdirNYA, namun kiranya Allah berkenan membiarkan saya tenggelam dalam kebahagiaan bersamaNYA, selalu...sampai saat-saat pertemuan itu tiba.



Waktu semakin beranjak naik, Hujan diluar telah berhenti, jam di monitorku menunjukkan angka 01.15.
Segala puji bagi Allah yang senantiasa menyertaiku dan anda semua sampai detik ini.
Semoga kita semua dapat menjadi hamba-hambaNYA  yang pandai bersyukur. Allahumma Aamiin...

Minggu, 09 Mei 2010

Mendengar Tapi Tak Bisa Mengenal Suara




Membaca sebuah artikel hari ini dari detikHealth tentang sesuatu yang baru saya dengar, tetapi membangkitkan ingatan lama saya tentang sesuatu. Artikel itu berjudul sama dengan judul postingan saya (karena memang saya mengutipnya, ^_*). Isi artikel itu diantaranya adalah sebagai berikut :


* Manusia dikaruniai kemampuan untuk membedakan suara tiap orang. Dengan kemampuannya itu, suara anak, suara ibu, suara suami, suara teman mampu diidentifikasi dan dibedakan. Ketika ada suara orang bicara bukan di depannya, manusia mampu menebak suara siapa itu.

Tapi bagaimana jadinya jika sepanjang hidup, seseorang tidak pernah bisa membedakan suara, termasuk suara anggota keluarganya yang sehari-hari di dengar.

Kasus itu dialami wanita pengusaha asal Inggris yang sejak kecil tak mampu mengidentifikasi suara orang. Perempuan berinisial KH yang berusia 62 tahun itu tidak tuli. Dia mampu mendengar suara tapi di otaknya semua suara adalah sama sehingga tidak bisa mengenali ciri suara masing-masing orang.

Ketidakmampuan mengenali suara itu dalam dunia medis dikenal dengan istilah phonagnosia. Kasus ini pertama kali diteliti oleh ilmuwan University College London (UCL) yang telah diterbitkan dalam jurnal Neuropsychologia tahun 2008.

KH juga mampu menikmati musik tapi tidak pernah tahu siapa yang bernyanyi. KH bahkan tidak pernah bisa mengenali suara anaknya, sampai dia harus berhadapan dengan si anak kalau itu yang bicara adalah putrinya.

Hal yang paling menakutkan baginya adalah ketika menerima telepon. Sampai-sampai dia harus membat jadwal khusus siapa saja yang akan menelpon pada jam tertentu.

Scan otak yang dilakukan terhadap KH mengungkapkan bahwa bagian otak sebelah kanan yang dikenal sebagai daerah temporal suara ternyata bekerja kurang aktif, sementara aktivitas otak bagian kiri normal.

Penemuan ini menunjukkan bahwa dalam otak manusia, sisi kanan lebih penting dalam pengenalan suara sementara kiri digunakan untuk memahami kata-kata.

Sejauh ini Phonagnosia diketahui karena adanya gangguan lesi otak di belahan kanan setelah stroke atau kerusakan otak. Namuan dalam kasus KH, scan menunjukkan tidak ada bukti kerusakan otak di daerah yang terkait dengan suara atau persepsi pendengaran dan kemampuan pendengarannya ditemukan normal.

Menurut Profesor Belin Pascal, ilmuwan syaraf kognitif di Universitas Glasgow, mengidentifikasi suara adalah hal penting bagi seseorang terutama ketika ditelepon.

"Kita bisa menebak siapa orang di telepon tapi orang dengan phonagnosia tidak mampu melakukan ini," katanya seperti dilansir dari telegraph.

Otak manusia juga mampu mengenali suara berdasarkan ciri dari orang tersebut seperti suara serak, kasar, cempreng, merdu atau yang lainnya.



Subhanallah...
Sebuah pelajaran untuk saya. Bagaimana jika ternyata kejadian atau kelainan serupa telah terjadi pula kepada saya khususnya dan mungkin juga pada kebanyakan kita selama ini.


Setiap hari pada peristiwa-peristiwa  yang terjadi dalam kehidupan kita, kita selalu mendengar suara-suara seperti suara anak menangis , suara pengemis menghiba, suara suami menasehati, suara istri mengungkapkan isi hati, suara orang tua mengungkapkan kerinduannya, suara kucing mengeong meminta makan, suara daun-daun di pepohonan berdesir saat ditiup angin sepoi, suara ombak menghempas karang hingga suara tsunami yang mengguncang, suara adzan berkumandang, suara orang berdzikir seperti suara lebah, suara hujan gerimis hingga curahnya menderas, suara petir dan guntur menggelegar, suara gemuruh gempa dan gunung meletus, suara presenter di televisi, suara orang sedang bernyanyi, suara tangis orang yang ditinggal wafat keluarganya dan ribuan suara lainnya di dunia ini.
Kita mendengarnya setiap hari, dan hampir tak memperdulikannya lagi karena telah terbiasa memilikinya.


Pada kenyataannya ternyata, kita punya telinga....Namun tak bisa mengenali hakikatnya "suara siapakah" semua itu sebenarnya...
Karena bahkan pendengaran bathin kita pun telah terhijab oleh semua yang bisa terlihat oleh mata lahir ini. Kita mengira sudah berakhir segala yang terdengar ini hanya sampai disitu saja. Sehingga jika yang kita dengar itu "enak" maka kita habis-habisan menyimaknya, menikmatinya. Dan jika yang kita dengar itu "tidak enak" maka kita pun mati-matian menjauhinya, menutup telinga tak ingin menangkap suaranya.


Semua suara-suara yang kita dengar oleh pendengaran kita yang sangat lemah ini hakikatnya adalah "Suaranya Tuhan". Suara yang yang mengiringi kita dalam perjalanan kehidupan ini. Kita tak pernah mengira sesungguhnya semua suara itu adalah "SuaraNYA" yang memberi kabar kepada kita tentang keberadaanNYA. Bahwa DIA itu ada, hadir dan senantiasa menyertai dan meliputi kita. "SuaraNYA" membimbing kita seperti mercusuar yang membimbing kapal-kapal di lautan di perjalanan malam tak berbintang. "SuaraNYA"  menuntun kita seperti menara pengawas di Bandara menuntun pesawat-pesawat yang akan lepas landas atau mendarat. "SuaraNYa menyinari" langkah kita agar dapat pulang kembali kepadaNYA dengan selamat sehingga sampai.

Sayang seribu sayang...
Jika mempunyai telinga tapi tak bisa mendengar
Tetapi lebih menyesal
Jika bisa mendengar tetapi tak bisa mengenal
Maha Besar Allah yang Maha Mendengar segala "suara" hamba-hambaNYA

Kamis, 06 Mei 2010

Romantika Ibu Sri Mulyani Indrawati...

Bismillahirrahmaanirrahiim


Hmm kasus bu Sri Mulyani Indrawati (SMI) sangat inspiratif. Terlepas dari pro dan kontra yang ada, bagiku pribadi ada catatan khusus.


Saya jelas-jelas tidak mengetahui dan tidak berhak menghakimi apakah dalam kasus dana Baillout Bank Century, akhirnya Ibu SMI memiliki status apa (walaupun jauuuhh dalam lubuk hati ini ada harapan besar dan persangkaan baik bahwa beliau memang benar-benar orang berintegritas tinggi/amanah dan benar-benar telah "menolong" kondisi Indonesia saat itu). Saya hanya ingin mengulas tentang keberadaan Bu SMI dan "jagad" disekitarnya dengan beraneka ungkapan pro dan kontra.


Betapa saya melihat berita-berita baik di TV maupun internet di satu sisi oleh musuh-musuh politik fihak pemerintah dimana ia bekerja selama ini beliau dihujat, sudah sampai pada fase dihina, dilecehkan habis-habisan. Di kantor DPR maupun di tempat-tempat seminar yang mengundangnya, beliau diboikot oleh sekelompok orang. Pada saat kehendak para penentangnya telah dipenuhi yaitu diajukannya beliau ke ruang hukum yaitu pemeriksaan oleh KPK (dan belum tentu statusnya akan dinaikkan menjadi tersangka) para penentang yang sudah senang itu kembali meradang karena KPK memeriksa wanita ini di kantornya (mereka maunya Ibu Sri Mulyani diperiksa di kantor KPK). Dari sejak awal dihembuskan isu, sampai terbentuknya Pansus Century beberapa anggota DPR menunjukkan kehendak mereka agar Ibu SMI non-aktif namun belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Ibu SMI tetap aktif  mereformasi dan melahirkan kebijakan-kebijakan restrukturisasi di tubuh Kemenkeu termasuk di departemen  perpajakan.


Diluar dugaan semua fihak, termasuk saya yang bodoh ini ada berita mengejutkan tentang rencana mundurnya Ibu SMI sebagai menteri keuangan. Tadinya saya berfikir, "wah..Ibu SMI menyerah juga. Mungkin beliau lelah dihujat terus menerus, diboikot, dihina oleh orang-orang yang dulu notabene sudah ditolongnya saat menjadi menteri keuangan periode lalu". Namun ternyata, kemundurannya ini membuat banyak mata terbelalak (walau ada juga yang malu-malu mengakuinya), ternyata kemundurannya ini karena ada tawaran dari lembaga internasional yang prestisius (setidaknya dalam pandangan manusia, saya tidak bicara hakikat) yaitu World Bank, diminta langsung oleh Presidennya sendiri Robert B Zoellick Saya baca di detikNews berbagai tema tentang Ibu SMI sehubungan dengan pengangkatannya oleh Bank Dunia itu mendapat reaksi besar di masyarakat. Begitu juga di Facebook, yang hasilnya sebagian besar mendukung Ibu SMI.
Subhanallah


Kalau baca komentar-komentar orang di DF itu aduuh, menunjukkan bagaimana pandangan "rakyat" yang sesungguhnya yang berada di luar gedung DPR. Komentarnya banyak yang frontal, keras tapi nggak tahu kenapa juga saya banyak tertawa terpingkal-pingkal bacanya, kebayang orang-orang ini ada di satu forum saling timpal, saling celetuk, lucuu. Padahal udah tengah malam lho...yaa hitung-hitung hiburan sekalian ronda aja deh :).


Kembali ke topik awal. Jadi segala badai yang menerpa di luar dirinya, saya "melihat" Ibu SMI ini tetap dalam ketenangannya. Biasanya kalau yang punya mental lemah, paling tidak ada pernyataan-pernyataan bela diri lah di media untuk mengcounter sementara pendapat para pengamat ekonomi dan politikus yang menentangnya itu. Apalagi perempuan yang biasanya dikenal sebagai makhluk yang lemah dan mudah tersakiti. Yang saya lihat di hari-hari itu bu SMI tetap "cool" dan menjalankan aktivitasnya secara wajar yang mungkin itu hadir karena beliau memiliki hujjah atas seluruh keputusannya selama ini, dan menurut beliau segala keputusannya hari ini dan termasuk pada saat beliau memiliki amanah di Kemenkeu dulu adalah undang-undang. Dan beliau menyatakan diri siap untuk berdialog tentang hal itu.Walaupun akhirnya mentok juga. Buktinya para anggota dewan yang "terhormat" itu sebagian ada yang walk out karena menganggap beliau bermasalah.

Nah peristiwa pengangkatan oleh World Bank inilah seolah-olah ada peristiwa "Saved By the Bell" baik oleh lawan politik maupun kawan politiknya dengan makna yang berbeda. Yang menarik untuk saya adalah, apakah dengan datangnya tawaran dari institusi bergengsi dunia ini Ibu SMI tergoyah? maksudnya apakah jiwa Ibu SMI menjadi berubah? Segala kelebihan dan kekayaan jiwanya menjadi tereduksi oleh tawaran ini? Saya kira sebagai saudara satu bangsa, satu tanah air apalagi saudara satu agama pantas bagi kita untuk mendahulukan berprasangka baik dan mengharap serta mendo'akan semoga kehadirannya di lembaga dunia itu  membawa manfaat yang banyak untuk umat manusia termasuk Indonesia. Saya tidak tertarik untuk membahas masalah teori konspirasi dsb yang selalu dihembuskan para politikus atau dari sebagian masyarakat. Justru saya mempunyai impian begini:


Sebagaimana yang telah terjadi di masa Nabi. Nabi Yusuf as. masuk / inviltrasi ke dalam tubuh sebuah rezim tiran masa itu atas izin Allah. Dan menunjukkan ayat-ayat Allah di dalamnya lalu menjadi cahaya kebenaran di pusat kekuasaan sehingga berbalik menjadi pengendali pemerintahan yang bersih dan diberkahi Allah. Nah untuk masuk ke dalam rezim itu kan butuh skill dan wawasan yang bisa dibanggakan sehingga melahirkan kepercayaan mereka. Kalau latar belakangnya tidak seperti Bu SMI mungkin World Bank juga males mau ngangkat orang Indonesia menjadi salah satu direkturnya. Ambil sisi positifnya aja. Bukankah dalam agama kita diwajibkan untuk berhusnuzhan. Mencari-cari kesalahan sesama itu tidak diperbolehkan, apalagi orang itu pernah banyak berjasa membuat banyak kebaikan bagi masyarakat.



 Kalau keberadaan Ibu SMI di World Bank itu sebuah karunia dari Allah misalnya (setidaknya untuk Ibu SMI dan keluarganya) ya kita do'akan semoga menjadi kebaikan juga untuk bangsa ini bahkan lebih jauhnya masyarakat internasional yang masih hidup dalam kemiskinan. Kalau masalah hukum ibu SMI di Indonesia belum selesai ya semoga juga menjadi kebaikan, jangan menjadi penderitaan lagi yang ditambahkan kepada masyarakat ini. Yang penting kita harus lebih banyak "belajar" terutama belajar dari setiap kejadian dan mengambil hikmahnya agar kita dapat selamat sampai kepadaNYA.

Minggu, 02 Mei 2010

Jangan Yang Tersisa .........

Sejak seorang ibu mengandung putra/i dalam rahimnya dan sang ayah menyadarinya, telah terkandung pula bersamanya tekad untuk memberikan yang terbaik. Ibu makan makanan yang bergizi, dia minum minuman yang bernutrisi.  Ayah siapkan bekal untuk kehadiran tamu istimewa ini. Dibelinya baju-baju untuk calon bayi yang terlucu yang bisa dia beli. Disiapkannya segala perlengkapan untuk memuliakan kehadiran sang bayi.



Apabila waktu berjalan dan bayi dalam rahim Ibu semakin membesar, semakin bertambah cobaan di dalam diri. Mual dan pening setiap hari. Tidur telah tak nyenyak lagi. Sementara tugas sehari-hari tetap menanti. Seorang Ibu tak bisa barang sejenak berhenti dari kebaikan, apalagi jika ada anak-anak kandung  lain yang meminta diberi perhatian dan kasih sayang. Ayah yang pemurah tempat berbagi tanggung jawab, ia menjadi teman dalam kerisauan menghadapi hari-hari saat tiba hari kelahiran. Bersama Ayah, Ibu menghadapi setiap cobaan Tuhan. Berharap yang terbaik bagi sang jabang bayi yang dirindukan.



Tiba saatnya perih pedih di perut Ibu. Seribu sakit dan derita menjadi satu. Tak ada yang dapat turut merasakan nyeri di tubuh rapuh. Hanya kepada Allah tempat Ibu mengadu.
Badan bergetar, sakit dan ngilu diseluruh badan, darah bersimbah mengiringi kelahiran. Terkadang Ayah harus mencari pertolongan agar Ibu dapat bertahan. Tak tertahan lagi taqdir dari Tuhan. Akhirnya sang bayi lahir di pangkuan. Disambut haru dan airmata bercucuran. Ayah mencium dan mengumandangkan Iqamah dan Azan. Agar Asmanya Tuhan yang pertama hadir di pendengaran.



Allaahu Akbar...



Tibalah hari-hari melelahkan. Hari-hari penuh cobaan. Sekaligus hari penuh pahala dan keberkahan.
Ibu merawat, menyusui dan menidurkan...
Mencuci pakaian dari segala kotoran...
Ayah bekerja menjemput harapan
Agar dapat memberi yang terbaik untuk istri dan anak    



Jika anak telah dewasa, tak berhenti kasih sayang dan tanggung jawab diberikan
Untuk  pendidikan terbaik sang anak, terkadang Ibu harus menjual perhiasan kesayangannya
Jika anak terbaring sakit, terkadang Ayah harus mendatangi pintu orang mengharap uang pinjaman
Jika anak menginginkan sesuatu "kelapangan dunia", Ayah dan Ibu rela menjadi "berkurang dan sempit dunianya" karenanya 



Selama hayat dikandung badan
Ayah dan Ibu akan selalu berjuang
Diliputi do'a-do'a bertuah mereka
Untuk sang anak tumpuan harapan



KINI TINGGALAH PERTANYAAN BESAR



Mengapa Allah telah berfirman
Bahwa Ayah dan Ibu semua insan
Telah menjadi yang kedua setelah Tuhan
Tempat syukur setiap anak dipersembahkan



Walau bagaimanapun keadaan tuan
Baik kelapangan ataupun kesempitan
Jangan yang tersisa yang kau berikan
Kepada orang tua yang melahirkan membesarkan



Jika ada waktu dan tenagamu tersisa, baru kau luangkan untuk sekedar mengunjungi mereka
Jika ada uang dan hartamu tersisa baru kau sisihkan untuk "jajan" mereka
Jika ada ruang di rumahmu tersisa baru kau persilahkan menjadi tempat berteduh mereka
Jika ada sedikit bakatmu tersisa baru kau tuliskan puisi sederhana untuk mereka
Jika ada ingatanmu tersisa baru kau panjatkan do'a pendek untuk mereka



Sedang selama hidup sejak kita dilahirkan , Ayah dan Ibu selalu memberikan yang terbaik untuk kita
Masa muda mereka telah habis untuk mencintai kita dan mewujudkannya
Walau siapapun berkata itu telah menjadi kewajiban mereka
Namun tetaplah kita tak lebih berharga dibanding jerih payah mereka telah menyayangi dan mencinta
Seberapa besarpun kita berusaha menggantinya
Tak pernah bisa kita membayar harga pengorbanan dan ketulusan mereka




Hanya satu yang Tuhan berikan kesempatan untuk kita
Bahagiakan Ibu dan Ayah kita 
Dengan yang terbaik yang kita bisa
Seperti yang terbaik yang kita beri untuk anak-anak  kita
Serta menyertakan mereka selalu dalam setiap do'a



Jangan beri yang tersisa dari yang kita punya
Untuk insan yang berkorban nyawa dan harta
Sebelum tiba masanya...
Kita ingin memberi segala
Namun telah tak bisa
Karena mereka telah tiada.....




"Rabbigfirly waaliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani shagiiraa...'
"Wahai Tuhan kami ampunilah kami serta orang tua kami. Dan sayangilah orang tua kami sebagaimana mereka telah menyayangi kami..."
Allahumma Aamiin



Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan untuk orang tua kita semua, aamiin




(Catatan ini didedikasikan khususnya untuk orang tuaku tercinta Ibu Hj.Herawati dan Bpk H. Djadjang Koeryana serta  almh. Ibu Hj. Ayi Sumiati dan alm. Bpk H. Eman Masna Karnadimadja serta para orang tua di seluruh dunia)

Selasa, 20 April 2010

"Kau adalah Dengan Siapa Kau Berteman..."



                                                                 



Bingung gak baca judulnya...?

Mudah-mudahan masih mau meneruskan baca kelanjutannya ya...

Sekian lama diberi kesempatan menjalani fase demi fase kehidupan, kita bisa baaanyak sekali belajar.
Belajar tentang diri kita sendiri...
Karena itu yang terpenting.

Sering kita lihat, di dunia dengan keadaan yang semakin "terbesarkan" dengan semakin canggihnya teknologi ini, masyarakat telah berubah sedikit demi sedikit menjadi masyarakat yang pandai menilai orang lain baik atau buruk. Tetapi sedikit waktunya untuk menilai dirinya sendiri.


* Membaca dan mengkaji, dari mana dirinya berasal, untuk apa dan kemana akan menuju...
* Membuka kekurangan dan kelemahan diri disamping segala kesuksesan yang telah diraihnya.
* Mencari tahu, darimana asalnya sesungguhnya semua keberhasilan yang pernah dia dapat.
* Apakah benar, itu semua semata-mata karena perjuangannya, kesungguh-sungguhannya, ketekunannya, integritasnya, loyalitasnya dsb yang semua itu merupakan sikap-sikap yang baik dan sepantasnya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Ataukah ada faktor lain juga seperti kesempatan, anugrah, karunia, keberuntungan yang siapa lagi yang dapat memberi kecuali...Tuhan, yang Allah AsmaNYA.


Dan keadaan ini telah merambah pada semua sisi kehidupan di masyarakat manusia. Lebih parah terjadi pada tatanan sosial yang orang menyebutnya "Kelas menengah ke atas", meskipun hal ini banyak pula menjangkiti masyarakat "kelas bawah katanya". Yaah begitulah, "dunia dan segala isinya" memang merupakan batu ujian yang menyilaukan.


Kembali ke topik awal.


Semakin banyak kita berteman dengan beberapa komunitas pertemanan, akan terasa..."Atmosfir" yang berbeda-beda. Jika bergaul di"sini" begini rasanya. "Disana" begitu rasanya. "Disono" lain lagi rasanya ;)


Kalau bicara rasa, begitulah akan ada rasa yang berbeda-beda. Kenyamanan dan ketidak nyamanan akan bergantung pada sikap bathin yang sedang kita pegang.


Kita menyaksikan, baik dengan mata kepala sendiri (di lingkungan terdekat) maupun dengan mata kepala fihak lain (di media-media cetak maupun elektronik) bagaimana nasib seseorang/keluarga/institusi bisa tiba-tiba berubah karena sebuah opini. Opini tersebut terbentuk bisa jadi pada awalnya merupakan pendapat seseorang kemudian dengan bantuan fasilitas-fasilitas publik menggelinding menjadi opini publik.


Jika keadaan itu pada faktanya bisa mengangkat harkat dan martabat fihak yang menjadi obyek opini tersebut, alangkah baiknya. Maksudnya, tentu saja harus dalam koridor yang benar dalam pandangan umum (General view of humanity) sesuai dengan keberadaan masyarakat yang beragam yang hidup saling berdampingan.


Masalahnya, justru fenomena yang ada saat ini (tanpa menafikan memang telah terjadi banyak sekali pelanggaran hukum) dan hal ini merupakan hot issue dalam aturan Islam, bahwa akan terjadi banyak benturan dalam kehidupan bermasyarakat (sekarang ini ditambah ada komunitas/masyarakat lain yaitu masyarakat dunia maya/internet).


Banyak sekali pertikaian dan konflik. Pada awalnya seseorang merasa terganggu atau dirugikan atau bahkan mungkin dizalimi orang lain (menurut pandangannya/komunitasnya) lalu hal itu disebar kepada umum sehingga kemudian menjadi opini publik. Padahal belum tentu apa yang dikeluhkannya itu Shahih dalam pandangan hukum (ada yang nanya, hukum apa dulu nih...).


Banyak terjadi, jika kepentingannya terganggu maka ia berkeluh kesah bahkan sampai menggugat, namun jika orang lain memiliki pandangan yang berbeda dengan dirinya maka ia tidak suka.
Dirinya merasa berhak mengeluh dan menggugat sedang orang lain yang memiliki pandangan berbeda dianggap tidak tahu aturan dsb.


Ini salah satu contoh saja, bagaimana lambat laun pandangan/paradigma seseorang bisa saja berubah sedikit demi sedikit bergantung dengan siapa dan berapa lama dia berteman.


Akibatnya...jika sudah tumbuh rasa "Paling benar sendiri", "Paling bisa sendiri", "Paling Intelek sendiri" dsb, maka ia akan memandang orang / fihak / komunitas lain lebih rendah dari dirinya disadari atau tidak.


Sering ada istilah :"Jangan suka pilih-pilih teman. Berteman dengan siapa aja". Seolah-olah kata itu datang dari orang yang bijak. Padahal Nabi saw sendiri sudah mewanti-wanti bahwa:


Rasulullah Saw. bersabda, "Seseorang itu akan mengikuti "agama" temannya, maka hendaklah setiap kalian memperhatikan dengan siapa kalian berteman".
(HR Ibnu Hibban)


Saya tidak berhak menafsirkan hadist diatas karena saya bukan ahlinya. Tapi kalau kita diperintah untuk "memperhatikan" dengan siapa kita berteman ya "perhatikan" saja semampu kita sambil memohon perlindungan Allah, semoga pertemanan kita dengan siapapun akan semakin mendekatkan kita kepadaNYA, bukan sebaliknya.


Dan ini bukan berarti kita harus menjadi pribadi yang ekslusif, menutup diri dan kebaikan2 kita kepada siapapun. Bahkan kita pantas untuk berusaha bagaimana menjadi pribadi yang bisa meneruskan "kebaikan" Allah kepada orang lain.


Jika kita mengetahui kedudukan diri di hadapan Allah, semakin banyak teman, insha Allah akan semakin memahami keberagaman dan tidak mudah terjatuh pada sikap-sikap ekstrim yang membabi buta. akan semakin bijak dalam memandang dan memutuskan sesuatu.


Saya pribadi berharap, semoga keberadaan saya sebagai teman siapapun yang membaca tulisan ini tidak membuat anda semua tidak nyaman. Ingin sekali membahagiakan siapapun, tapi sebagai manusia pasti akan banyak sekali kekhilafan dan kekurangan.

So I'm sorry, good bye. Eh...blm good bye dulu deh....masih ingin berteman dengan kalian semua :).

Betul 'quote" seorang teman..... "Indahnya Dunia Maya"..... ;)



Bogor, 20 April 2010

NB : Foto milik pribadi


Yang penuh kasih sayang, Cinta Hakiki http://sabarya.blogspot.com


Kamis, 15 April 2010

Waktuku......


 Rabby.....

Di "telagaku" kutuliskan sesuatu...
Tentang waktuku.....

Betapa yang paling berharga yang KAU anugrahkan padaku...
Waktuku...
Kesempatanku... 
Telah "terampas" di masa-masa yang lalu...

Begitu banyak yang harus tumbuh berkembang telah kubiarkan layu
Begitu banyak yang harus berkilau bercahaya telah kubiarkan gulita

Semua demi memuaskan ambisi  bahkan  yang tak kukenal
Semua demi menambahkan kejayaan bahkan sesuatu yang tak kurasakan

Dan hebatnya...
Demi semua itu telah kupertaruhkan segala yang kumiliki...
Waktuku.....
Kesempatanku.....


Didalamnya ada "mutiara-mutiara mahal" yang tak kuhiraukan...
Didalamnya ada "berlian permata tak ternilai" yang tak kuperdulikan.....


Aku berkecimpung dalam sesuatu yang tak kumengerti dalam tahun-tahun terbaikku
Sedang yang terbaik itu tak kan pernah kembali

Rabby.....


Telah KAU pilihkan jalan itu untukku....

Segala yang datang daripadaMU adalah Zamrud tak ternilai

Bergelombang Rahasia MU dalam taqdirku


Kusyukuri dalam jiwa terdalamku.....
Adalah karunia besar apabila semua itu merupakan cahaya bagiku...
Menemukan jalan MU...
Tak kusesali yang telah hilang dari waktuku...kesempatanku......
Jika itu harga yang harus kubayar untuk sampai kepadaMU......
 Hanya pada........................ MU




Link Foto:  http://www.google.co.id/imglanding?q=waktu&imgurl

Sabtu, 10 April 2010

Untuk Sebuah Kebersamaan


Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali toleransi dan prasangka baik
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
Akan ditemui sedikit perbedaan cara pandang dan cara bertindak



Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali kesabaran
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
Akan ditemui sedikit masalah



Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali  komunikasi
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
Akan ditemui sedikit kesalahfahaman


Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali pelukan
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
akan ditemui sedikit ketakutan


Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali senyuman
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
Akan ditemui sedikit kekurang-mesraan


Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali do'a dan harapan
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
akan ditemui sedikit keputus asaan


Syukuri setiap detik kebersamaan yang kau miliki
Kau tak pernah tahu
Bahwa kau akan menyesali perpisahan yang akan terjadi
Dimana kau akan mengerti
Betapa berharganya kebersamaan yang kau punyai
Saat kau menyadari ... yang kau cintai telah pergi


Aku berlindung kepada Allah dari segala fitnah yang hendak menebarkan perpecahan dan permusuhan, baik di dalam keluarga, maupun umat ini.
Kiranya Allah berkenan menyempurnakan nikmatNYA untuk mempersatukan kami didalam diriNYA... 


Sabtu, 03 April 2010

Yang Pemurah



Pada suatu masa di suatu tempat di Persia, hidup dua orang pemuda yang bersahabat. Keduanya sama bekerja sebagai pedagang disebuah pasar. Seorang berjualan kain bernama Salman sedang yang lain berjualan tepung gandum bernama Rustam.Keduanya tinggal di daerah yang sama hanya berbeda apartemen.Disamping mereka, ada juga seorang anak bernama Fahreza yang sering bertemu keduanya di pasar,karena orang tua Fahreza juga berjualan di pasar itu yang letak kiosnya bersebelahan dengan kios keduanya.


Pada suatu siang, seperti biasa Salman sedang membereskan gulungan kain-kainnya di kiosnya. Pada saat yang bersamaan Rustam membawa dua karung gandum ke kiosnya lalu menumpahkan isinya kedalam kotak terdepan di kiosnya,karena terburu-buru, isi karung tumpah sebagian keluar dari kotak penyimpanannya sehingga tepung  gandum dan banyak "debunya" mengenai dan mengotori kain-kain jualan Salman.
Rustam:"Wah tumpah lagi, maafkan aku ya Salman..."
Salman:" Tidak apa-apa kawan,biar kubersihkan lagi kainnya,yang kotor cuma sedikit kok"
Kejadian ini sering terjadi,namun Salman tidak keberatan karena Rustam selalu meminta maaf.

Pada hari yang lain,saat istirahat siang, Salman dan Rustam diajak makan bersama orang tua Fahreza di kiosnya, Keduanya dipersilahkan untuk mencicipi gulai kambing yang dimasak ibunda Fahreza. Saat Salman mengambil gulai ke dalam piringnya, gulai panas yang ada di sendoknya tanpa sengaja tumpah ke paha Rustam yang sedang bersila. Tanpa dikomando,Rustam mengaduh  kepanasan.
Salman:"Innalillahi, Rustam maafkan saya,saya tidak sengaja..."
Rustam tidak menjawab mulutnya hanya meringis saja. Ini yang kesekian kali Salman menumpahkan sesuatu ke bajunya, karena memang tangan Salman agak lemah setelah diserang penyakit  diwaktu masa kecilnya. Ayahanda Fahreza menuangkan gulai kedalam piring anaknya seraya berkata:"Ayo silahkan dimakan nanti keburu dingin gulainya".Mereka berempatpun makan dengan nikmatnya.


Dihari yang lain, dimana saat itu sedang hujan deras, Salman sedang didatangi pembeli yang  menawar kainnya. Tiba-tiba datang Rustam menghampiri Salman seraya berbisik kepadanya:
"Salman,tolong aku sebentar ,kiosku bocor atapnya,bisa kau bantu aku mengangkat karung-karung tepungku takut kebasahan ?".
Salman menatap Pembelinya dan sahabatnya, tanpa waktu lama Salman pamit sebentar kepada pembelinya untuk menolong sahabatnya karena fikirnya tepung-tepung milik Rustam tidak akan laku terjual jika kebasahan kena air hujan. Saat tepung-tepung itu selesai dipindahkan,Salman kembali ke kiosnya yang terletak disebelah kios Rustam,dilihatnya pembeli yang tadi menawar dagangannya telah pergi dan tidak kembali lagi hingga sore hari.Menyadari hal itu Rustam berkata:
"Salman,aku minta maaf,gara-gara aku kau kehilangan pelangganmu hari ini".
"Tidak apa-apa kawan, rezeki kita kan sudah diatur,yang tadi berarti belum rezekyku".
Rustam tersenyum,lalu melanjutkan lagi pekerjaannya.


Dihari berikutnya, Rustam sedang menimbang tepung gandumnya. Dari kejauhan ia melihat Salman sedang memikul gulungan panjang kain di pundaknya hendak dibawa masuk ke dalam kiosnya. tanpa sengaja, saat hendak berbelok ke pintu kiosnya, gulungan kain Salman yang panjang, ujungnya mengenai pundak Rustam agak keras,sehingga tangan Rustam yang sedang memegang cidukan tepung terlepas dan tepungnya berhamburan.Menyadari itu,Salman segera meminta maaf:
"Ya Allah,Rustam maafkan aku,aku tidak hati-hati,kamu tidak apa-apa kan?"
Salman bertanya khawatir. Rustam menepuk-nepuk tangannya yang penuh dengan tepung gandum yang tumpah:
"Ya kalau cuma maaf gampang, tapi kalau sering tidak hati-hati begini, aku bisa rugi kawan,tuh tepungku jadi tumpah,pembeli mana mau tepung yang kotor".
Salman meringis, ia sangat menyesal telah menumpahkan dagangan kawannya karena keteledorannya.


Salman dan Rustam sama-sama menyukai seorang gadis yang mereka kenal di pasar, namun gadis itu ternyata telah memilih dan menerima pinangan Rustam. Walaupun Salman telah mengetahui hal tersebut dan hatinya merasa kecewa, namun jika mereka bertemu Salman berusaha tetap ramah kepada gadis itu sehingga menimbulkan kecemburuan Rustam. Pada suatu siang di depan kios mereka, Salman dan Rustam nampak sedang berbincang-bincang, terdengar Salman berkata:
"Rustam, bagaimanapun aku pernah mencintai gadis itu, maafkan aku jika aku telah lancang beramah-ramah kepadanya".
Rustam diam, wajahnya tak bergeming, lalu ia berkata:
"Sudahlah jangan minta maaf dulu, lebih baik kamu fikirkan apa kesalahanmu supaya tidak kau ulang lagi dimasa yang akan datang".
Salman terdiam mendengar kata-kata sahabatnya. Rustampun melanjutkan :
"Tapi Salman, akupun minta maaf telah mencintai dan meminang gadis yang juga kau cintai. Ternyata dia menerima pinanganku,bukan pinanganmu. Aku harap kau tidak apa-apa".Rustam menepuk pundak Salman. Salman tersenyum lalu berkata:
"Tidak mengapa kawan, ini bermakna bahwa dia bukan jodohku,dialah jodohmu. Allah akan memilihkan untukku milikku.Insha Allah"
Keduanya tersenyum lalu Rustam meninggalkan Salman untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.


Tanpa keduanya sadari, Fahreza menyaksikan semuanya selama ini. Dia selalu berada di tempat ayahnya tidak jauh dari kios Salman dan Rustam,sehingga mengetahui apa yang sehari-hari terjadi. Melihat Rustam telah pergi, ia berlari menghampiri Salman.
Setelah keduanya bertemu,Fahreza bertanya kepada Salman:
"Paman, mengapa kau maafkan dia saat dia memintanya karena telah mengotori kain-kainmu dengan tepung gandumnya. Sedang dia belum memaafkanmu saat kau memintanya karena  menumpahkan gulai ke kakinya?"

"Paman, mengapa kau maafkan dia saat dia memintanya padahal kau telah kehilangan pembeli karena membantu mengangkat karung gandumnya yang basah. Sedang dia belum memaafkanmu saat kau memintanya karena kau senggol tangannya sehingga tumpah gandumnya."

"Paman, mengapa kau maafkan dia saat dia memintanya karena telah mengambil gadis yang kau cintai,sedang dia belum memaafkanmu saat kau memintanya karena telah beramah-ramah dengan gadisnya?"


Mendengar pertanyaan-pertanyaan Fahreza, Salman tersenyum, lalu merangkul pundak anak itu dan mengajaknya duduk di kiosnya,lalu Salman berkata:
"Reza,kuharap kau mendengarkan kata-kataku agar kau mengerti. Paman Rustam tidak mudah memaafkan kesalahanku, karena ia ingin aku belajar dari kesalahanku supaya tidak aku ulangi lagi di lain hari. Sedang aku ingin mudah memaafkannya, karena aku ingin Allah Tuhanku-pun ,mudah memaafkanku saat aku memintanya. Dia Maha Pemurah, selalu terbuka maaf dan ampunannya bagi hamba-hambaNYA yang mau bertaubat. Aku ingin belajar memaafkan kesalahan orang tanpa perhitungan, karena aku merindukan Allah pun akan memaafkan kesalahanku tanpa perhitungan, sedang Dia itu Maha Pemurah, Maha Pengampun lagi Maha Bijaksana."
 
Fahreza mendapat pelajaran hari itu, kini ia mengetahui mengapa kedua pamannya begitu berbeda.


------------------------------------------------------------------------------
Bogor, 4 April 2010

Tulisan dan Foto Original by Winny

Rabu, 31 Maret 2010

Mewaspadai "Penyakit Persepsi" by Roni Djamaleodin

Dari http://ronijamal.com/mewaspadai-penyakit-persepsi. Semoga tulisan ini menambah nilai ibadah beliau di sisi Allah karena sangat berbobot isinya.Insha Allah


Nampaknya tak pernah disadari—apalagi ditafakuri secara mendalam—bahwa dalam kehidupan bermasyarakat ada sebuah kebiasaan yang “sebenarnya” tidak baik, tetapi justru (seolah-olah) dijadikan sebuah budaya yang “layak” dilestarikan. Bahkan, ia sebenarnya dilarang oleh syareat Islam. Kebiasaan tersebut adalah “kecenderungan melihat lebih dahulu siapa yang bicara, dari pada melihat isi pembicaraannya”.


Yang memprihatinkan, kebiasaan ini dilakukan oleh hampir semua lapisan masyarakat. Apakah golongan mereka yang berpendidikan ataukah tidak. Lapisan intelek cendekia maupun yang etos pikirnya biasa/rendah. Singkatnya, mayoritas masyarakat terjangkit virus “penyakit persepsi”.
Bukti jelasnya, terjadinya perbedaan perlakuan dalam menyikapi isi perkataan seseorang maupun pada si pembicaranya. Tidak jarang tutur kata yang “baik”, tetapi keluar dari mulut orang biasa, maka diremehkanlah tutur kata tersebut. Sebaliknya, nasehat “tidak baik” yang terlahir dari orang yang dianggap mulia, terhormat, apalagi berkharisma, maka diperjuangkanlah nasehat tersebut dengan penuh pengorbanan. Bahkan sampai mati pun dihadapi dan diperjuangkan.


Kebiasaan ini kalau dibiarkan berlanjut, dapat memperparah endemi “penyakit persepsi” yang selama ini ada. Menyuburkan sikap diskriminatif satu sama lain, karena cenderung melihat kelebihan (kemampuan) seseorang (mungkin juga kelompoknya) dan memandang remeh yang kebetulan tidak punya kelebihan. Bisa menimbulkan faham-faham baru yang pada saatnya nanti bisa berubah menjadi “bom waktu”. Pada gilirannya, dapat merongrong nilai-nilai kebenaran, yang notabene satu-satunya pemiliknya adalah Tuhan sendiri (Al Haq min Rabbika).


Teorema “Undhur”


Larangan melihat siapa yang berbicara, adalah sabda Nabi SAW: undhur maa qaala walaa tandhur man qaala, lihat/dengarkan apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang bicara. Larangan ini bila dicermati secara mendalam, nampak ada sesuatu yang “irrasional”. Yaitu tidak boleh memandang situasi dan kondisi fisik lahiriah si penyampai. Semisal kedudukan, pengalaman, gelar, pangkat, kharisma, ketenaran maupun status sosial. Padahal logikanya, fatwa seorang ulama besar—apalagi telah bergelar kyai-profesor-doktor—tentu lebih kredibel dan akurat di banding fatwa orang yang tidak pernah sekolah. Bukankah hal seperti ini (dalam kacamata logika) merupakan sesuatu yang sangat irrasional (tidak masuk akal)?


Disinilah rupanya letak rahasia kalimat-Nya, Al Haq min Rabbika, bahwa kebenaran itu mutlak milik/dari Tuhan semata. Ia digenggam sendiri oleh-Nya. Sedang dalam diri manusia, hakekatnya tidak ada kebenarannya. Malahan sebaliknya, tempatnya salah dan dosa (makanul khatha’ wa nisyan), kejam lagi bodoh (zaluman jahula), perbuatannya melebihi batas. Maka menjadi logis kiranya bila larangan melihat wujud fisik si penyampai ini diberlakukan kepada semua manusia tanpa kecuali.


Sebaliknya, karena kebenaran tersebut digenggam sendiri oleh-Nya, sedang secara substansi (secara wujud) Dia tidak akan menampakkan diri di hadapan manusia, maka menjadi kuasa-Nya pula bila kemudian merealisasikan/menampakkan kebenaran tersebut melalui fisik lahiriah hamba. Tentu saja bukan sembarang hamba yang Dia “titipi” kebenaran, melainkan mereka yang benar-benar Dia pilih sendiri. Contoh nyatanya penampakan lahiriah Nabi SAW sendiri. Beliau tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah (TK pun belum pernah). Apalagi pengalaman lain semisal kepemimpinan, keorganisasian, menejemen dan lain sebagainya. Tetapi nyatanya melalui fisik beliau-lah kebenaran-Nya diturunkan. (Oleh karenanya, sangat logis sekali bila keberadaan beliau kemudian ditentang oleh para tokoh dan ahli kitab di waktu itu).


Oleh karenanya, bagaimanapun, kebenaran itu tetap mutlak menjadi milik-Nya. Ia tetap digenggam sendiri oleh-Nya. Kita sebagai hamba harus mampu menangkapnya. Namun, untuk bisa menangkap substansi kebenarannya, diperlukan kerja sama yang sinergis antara akal sebagai prosesor utama dan hati nurani sebagai sang maharaja. Keduanya harus bisa berjalan secara bersama, sebagai “team work” yang solid.


Nilai Rasional dan Siliring Qudrat


Menyikapi fenomena di atas, hal mendasar yang sangat penting dan seharusnya diprioritaskan adalah bagaimana membawa diri menyadari dengan sesadar sadarnya bahwa manusia itu tempatnya salah dan dosa. Zaluman jahula (kejam lagi bodoh). Menyadari pula bahwa bagaimanapun hebatnya kemampuan hamba ini, tetap saja tempatnya salah dan dosa. Sedangkan yang sebenarnya hebat adalah Yang Maha Sempurna.
Sebab, bila “alam sadar” yang demikian telah terbuka, tentu akan memandang sama terhadap mereka-mereka yang kebetulan mempunyai nilai “lebih” dan yang kebetulan tidak mempunyai kelebihan. Setidaknya, tidak terlalu berlebihan dalam menyikapi (membedakan) keduanya. Yang seharusnya dipandang adalah nilai “rasional” dan nilai “siliring qudrat”-nya.


Kebenaran itu (yang datang dari Tuhan) dimanapun tempat dan asalnya pasti rasional. Dapat ditangkap oleh akal pikiran sehat. Sejalan dengan “agama itu sesuai dengan akal pikiran sehat”. Ia bisa terlahir oleh siapa pun dan dari manapun. Sedang siliring qudrat adalah “butiran ikhlas”. Yaitu perbuatan maupun tutur kata yang “tidak diaku” sebagai hasil perbuatan dan tutur katanya. Ikhlas, bersih, semata-mata karena Tuhan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. “Sumende” (bersandar) pada ke-Mahakuasa-an Tuhan.

Ini yang harus ditekankan oleh setiap orang yang punya potensi “bicara”. Demikian halnya mereka yang punya kemampuan (kelebihan) yang kemudian diakses orang banyak. Ia harus menekankan (baik pada dirinya sendiri maupun pendengar/ pembacanya) bahwa kebenaran itu milik Tuhan semata. Sedang pada diri “saya” adalah tempatnya salah dan dosa. Sehingga, apapun yang saya tutur/sampaikan, sangat mungkin ada salah dosanya. Andai ada “nilai” kebenarannya, ia datang dan milik Tuhan semata. Bukan dari/milik saya, walaupun terlahir dari saya. Sebaliknya bila ada salahnya, ia adalah datang dan milik saya sepenuhnya.


Kemudian bila ternyata oleh Tuhan diberi kelebihan tertentu, menjadi “dai kondang” misalnya, harus berusaha untuk bisa merasa dan mengakui bahwa dirinya pun tempatnya salah dan dosa. Tidak merasa mempunyai kelebihan sedikitpun, tidak mempunyai keistimewaan apapun. Ini yang harus diperangi (jihadunnafsi) dengan semangat jihad yang sesungguhnya, serta berusaha keras untuk membumikannya dalam dada (hati nurani, roh, dan rasa). Walaupun orang lain mengakui dirinya hebat dan istimewa, tetap saja harus mengakui tempatnya salah dan dosa.


Dirinya hanya “sak derma” (sekedar) menjalani apa yang telah digariskan Tuhan kepadanya. Lir kadya godong asem sing kumampul ing sak tengahing samudra (bagaikan daun asam yang terombang-ambing di atas gelombang samudera). Bukan daun asamnya yang bisa bergerak kesana kemari (apalagi merasa mempunyai nilai lebih), melainkan karena semata-mata “katut” (mengikut) gelombang samudra Yang Maha Kuasa. “Nyelup” (menyelam) dalam ke kedalaman makna kalimah laa haula walaa quwwata illa billah.
Sebaliknya, bagi yang kebetulan sebagai pendengar/pembaca, juga harus menyadari bahwa sehebat apapun kemampuan manusia dalam bertutur kata, tetap saja harus diyakini tempatnya salah dan dosa. Kebenaran tetaplah menjadi milik-Nya. Ia dapat terlahir oleh dan melalui siapapun. Melalui orang hebat bisa, melalui orang yang tidak pernah sekolah pun bisa juga. Jangan mudah terjebak oleh kehebatan penyampainya. Sebagaimana pepatah timur tengah “yang benar akan selalu benar walaupun tidak seorang pun melakukannya, yang salah tetap salah walaupun semua orang melakukannya”.
Jadi, sebagai pendengar/pembaca setia pun harus punya “filter-pemikiran” yang baik. Jangan hanya karena difatwakan oleh ulama “se dunia” misalnya, lantas meng-”iya”-kan (membenarkan) begitu saja. Harus didahului oleh pemikiran yang mendalam. Otak dan akal pikiran harus bekerja keras semaksimal mungkin sebelum akhirnya memutuskan menerima/menolaknya. Demikian halnya ketika yang memberi saran masukan kebetulan anak kecil (tidak pernah sekolah), harus dilakukan pemikiran serupa sebelum akhirnya memutuskan. Ingat, keputusan apapun yang akan diambil, diri sendirilah yang nantinya bertanggung jawab sepenuhnya. Bukannya ulama/ dai-kondang/ tokoh-hebat/anak kecil yang diikuti fatwanya.


Capailah jiwa—berikut pemikirannya—yang merdeka sejati  sepenuhnya. Jangan mudah terjebak oleh kehebatan si “tukang kata” apalagi retorikanya. Sebab, bila nasi sudah menjadi bubur, tidak akan pernah bisa kembali pada wujud asalnya.


Kebiasaan “buruk” melihat siapa yang berbicara, secara perlahan harus dikikis habis. Jangan terbiasa melihat fisik lahiriah penyampainya. Cermati nilai-nilai kebenarannya. Adakah disana kebenaran yang sejalan dengan kehendak-Nya atau kebenaran yang sejalan dengan kehendak penyampainya. Sebab, kebenaran yang datang dari manusianya, belum tentu sejalan dengan kebenaran milik-Nya. Sedang kebenaran milik/dari-Nya, logikanya, pasti sejalan dengan pemikiran sehat manusia.


Rabu, 24 Maret 2010

Hak Cipta, Milik Siapa? .........



Hak cipta, Hak Paten, Hak Kekayaan Intelektual

Kata-kata itu dulu tidak menarik perhatianku sama sekali. Hanya sedikit yang kufahami tentang kata-kata itu saat di televisi ada memberitakan tentang pembajakan yang dilakukan orang atas album-album artis tertentu atau film-film, dimana para pelaku seni yang memproduksinya meradang karenanya. Ada yang beralasan dengan pembajakan tersebut merasa karya seninya tidak dihargai sampai alasan hak Royalti yaitu imbalan/hak  atas hasil karya mereka.


Kata-kata itu kini mulai menarik perhatianku. Sejak aktif menulis di dunia maya, saya sering menyertakan tulisan saya bersama gambar-gambar yang kebanyakan saya ambil dari Google Image,( dengan maksud sebagai ilustrasi untuk lebih memperjelas maksud tulisan-tulisan saya) disebabkan foto-foto hasil karya sendiri belum banyak dan belum memiliki hasil yang seindah foto-foto dari Google  (yaah banyak faktor juga sih, disamping kamera yang mungkin belum canggih juga ilmu fotografi yang minus ).

 Dalam proses penulisan, berjalan lancar-lancar saja. Naah,justru pada saat mengaplikasikan gambar/foto dari Google-lah, saya beberapa kali lupa untuk mencantumkan sumbernya. Disitulah saatnya ada seorang sahabat yang  mengingatkan saya tentang pentingnya mencantumkan nama/sumber dimana tempat saya menggunakan hasil karya orang lain dalam hal ini foto dari Google Image.

Saya sendiri memiliki teman-teman blog yang berkecimpung dalam dunia kuliner dan fotografi, dimana mereka sangat concern terhadap masalah copyright ini. Bahkan dalam beberapa tulisan di blog-blog mereka seringkali membahas tentang hal ini bilamana terjadi 'pencurian' foto-foto mereka oleh orang lain yang kemudian dipublikasi tanpa izin (ya iya laah, kalau mencuri berarti nggak pake izin yaa ^_^). Mereka menjelaskan tentang betapa sulitnya proses menuju hadirnya "hidangan/tampilan foody blog mereka dari mulai memproduksi masaknnya sendiri, mempersiapkan perangkat dan accessory hidangan untuk kepentingan foto masakan mereka hingga keberadaan kameranya itu sendiri yang kadang-kadang banyak bagi yang ingin memiliki kamera kualitas bagus harus menabung dulu untuk mewujudkannya dan hal itu saya alami sendiri,walaupun blog saya tidak bertema foody bloger.


Secara pribadi,saya setuju dengan pandangan tentang Hak Cipta ini. Apalagi sebagai muslim saya menyadari bahwa syari'at Islam juga mengatur tentang hak kepemilikan. Dimana sesuatu tidak bisa menjadi milik kita melainkan dengan keridhoan pemilik sebelumnya, baik dengan cara membelinya ataupun dengan izin lisannya (secara cuma-cuma) dan banyak penjelasan yang detail mengenai hal ini. Walaupun memang, masalah hak kepemilikan di bidang seni ini baru marak di era/ zaman kita sekarang karena di masa lalu belum ada karya seni bidang fotografi kecuali lukisan-lukisan. Ditambah lagi di negara kita telah diatur juga tentang masalah ini dengan hadirnya Undang-Undang Hak Cipta atau Hakki, sehingga tidak ada jalan lain bagi kita kecuali mematuhinya.

Namun, pada sisi lain, saya juga punya banyak teman di kalangan para penulis relijius, yang keberadaan mereka telah memenuhi jagat maya ini dengan tulisan-tulisan indah yang mengingatkan kita tentang makna hidup. Di kalangan mereka, khusus tentang karya-karya tulis maupun gambar di internet yang mereka fahami sebagai ruang publik,dimana merupakan suatu resiko apabila hasil karya mereka atau siapapun akan disebar/ dicopy paste/ orang lain dengan ataupun tanpa izinnya. Tetapi nampaknya bagi mereka hal itu bukanlah hal besar yang harus diperso'alkan,karena bagi mereka justru semakin banyak karya-karya baik yang dibaca atau digunakan lalu disebar dengan cara apapun kepada massa yang lebih banyak akan memperbesar nilai mereka di hadapan Allah. Banyak diantara mereka yang bahkan menulis di Profil Pribadinya baik facebook, blog, E-mail atau apapun bahwa siapapun yang ingin memperbanyak tulisan atau foto-foto mereka tidak perlu meminta izinnya. Saya bisa menyebutkan diantara mereka ada Ustadz/ KH.  Muhammad Arifin Ilham, Jeanny Dive pada akun facebooknya dan banyak lagi yang saya belum dapat menyebutkannya satu persatu yang mempunyai sikap demikian.

Disini ada ruang bagi kita untuk saling memahami,khususnya saya pribadi bahwa kedua fihak yang berbeda dalam mensikapi Hak Cipta ini sama-sama memiliki alasan.Terserah kepada kita untuk meyakini yang mana.

Saya kemudian hanya teringat kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw. Nabi yang dikirim Allah kepada kita semua untuk menjadi contoh hidup terbaik. Beliau dikenal sebagai pribadi yang santun dan dermawan luar biasa. Pribadi yang tidak pernah menolak permintaan siapapun yang memerlukan pertolongannya semampu beliau. Jika beliau tidak mampu mengabulkan permintaan tolong seseorang maka beliau saw menyuruh orang itu untuk meminjam kepada orang lain atas nama beliau. Pribadi yang tidak pernah mendahulukan kepentingan diri dan keluarganya diatas kepentingan orang lain. Pribadi yang pada saat pembagian Ghanimah (Harta rampasan perang) tidak melebihkan diri dan keluarganya diatas diri dan keluarga pasukannya. Pribadi yang pada saat wafatnya berbaring di atas pembaringan beralas pelepah pohon kurma dalam keadaan menanggung hutang seorang beragama Yahudi yang dahulu pernah meminta pertolongannya.

Tidak berkurang rezeky kita karena tulisan/foto/hasil karya kita diambil atau dicatut orang lain. Tidak berkurang rezeky kita karena jerih payah kita diklaim orang lain. Bahkan tidak berkurang rezeky kita jika datang perampok merampas harta dari tangan kita. Karena hakikat rezeky sesungguhnya adalah segala apa yang bisa dinikmati saat ini. Apa yang luput dari kita hari ini berarti bukan rezeki kita dari Allah,walaupun bertumpuk uang atau emas di Bank atas nama kita.

Tapi.....Harus digaris bawahi, ini tidak berarti kita boleh berbuat melanggar hak orang lain seperti diceritakan di atas. Sebagai umat Nabi yang memiliki akhlak yang baik tetaplah kita wajib memiliki akhlak yang luhur, termasuk dalam menggunkan media internet ini.Segala peraturan yang mengikatnya harus kita fahami betul. Saya hanya menekankan agar kita juga tidak cepat memvonis orang sebagai Plagiator atau Penjiplak begitu saja. Harus dilihat latar belakangnya,mungkin orang itu belum tahu atau memahami tentang hak cipta ini,atau sekedar lupa mencantumkan sumber pengambilan tulisan atau gambarnya. Boleh diingatkan dengan cara yang baik. Apabila yang bersangkutan meminta maaf, maka maafkanlah seperti sifat Allah yang Maha Pemaaf. Toh pinternya kita juga kan karena Allah yang meminjamkan, bukan pintar karya kita sendiri ya ^_^.




semoga bisa menjadi bahan tafakur


Bogor, 24 Maret 2010
Catatan: Ilustrasi saya ambil dari Google

Kamis, 18 Maret 2010

Ibu Dimana ?..........



Pada suatu pagi di TK Indria, ibu guru sedang bercerita tentang Keluarga Kelinci yang saling menyayangi. Semua anak terpesona dengan cerita gurunya yang menarik hati. Di akhir cerita, ibu guru itu lalu bertanya :"Anak-anak, coba sekarang Ibu ingin tahu, siapa orang di rumahmu yang paling kamu sayangi  ?. Anak-anak berebutan mengacungkan tangannya ingin menjawab pertanyaan ibu gurunya.

 Alfian:" Ibu Guru,aku sayang Mama".


Ibu Guru : " O ya? kenapa Alfian sayang Mama?"


Alfian: " Mama baik", Alfian menjawab singkat tetapi wajahnya tersenyum.


Ana: " Ibu Guru, aku paling sayang sama adekku, abis lucu". Ana yang cantik itu membayangkan wajah adiknya yang menggemaskan.


Andi: " Ibu Guru, Ibu Guru, kalo Andi sayang Bunda".


Mischa: " Aku sayang Papa".


Wida:"  Ibu Guru aku sayang Abel kucingku"


Ibu Guru tersenyum, semua anak berteriak-teriak sambil mengacungkan telunjuknya, menyampaikan siapa yang disayanginya. Tetapi senyum sang Guru terhenti saat melihat ada satu muridnya bernama Adinda yang asyik memainkan kertas origami di sudut kelas, ia tidak tampak tertarik dengan semangat teman-temannya. Dihampirinya anak itu, lalu bertanya :


"Adinda, siapa yang paling kamu sayangi di rumah?". Ibu guru berusaha bertanya dengan suara yang tidak mengejutkan Adinda namun masih dapat didengar teman-temannya. Adinda menatap sekilas ibu gurunya, lalu dengan santai ia menjawab sambil terus memainkan origaminya :

" Bibi".


Ibu Guru: "Bibi ?" Maksudnya Bi Tini yang suka mengantarmu ke sekolah? kenapa sayang?"


Adinda:" Abis Bibi baik, suka temenin Dinda sekolah, sama main".


Ibu Guru:"Kan Mama Dinda juga suka temenin Dinda"


Adinda: "Mama temenin Dinda cuman kalo ke Mall doang, sama jalan-jalan ke Bali. Kalo Bibi kan suka temenin Dinda kalo Dinda lagi sakit".



Ibu Guru tertegun, yang ia ketahui orang yang dipanggil Bi Tini ini adalah pembantu rumah tangga di keluarga Adinda. Setiap hari Bi Tini ini yang mengantar sekolah Adinda dan menjemputnya saat bubar sekolah. Ibu guru juga mengetahui, ibunda Adinda adalah seorang ibu rumah tangga, namun sangat sibuk. Hampir setiap hari pergi ke luar rumah untuk mengurus bisnis kecil-kecilannya. Ayah Adinda seorang pekerja kantoran yang setiap hari pergi pagi dan sampai ke rumah jika hari telah malam.


Melihat Adinda yang dengan polosnya menjawab pertanyaan-pertanyaannya, berkaca-kaca kedua mata sang Ibu guru. Rupanya, ada yang "tercatat dalam benak dan hati" gadis kecil itu.


Bahwa orang yang selama ini paling banyak memberi makna dalam hidupnya adalah orang yang selalu menemaninya dimanapun ia berada. Walaupun sedang sibuk mencuci baju keluarga mereka, Bibi akan memburunya saat ia menangis karena terjatuh dan kakinya lecet, lalu menggambilkan obat merah di lemari sambil menghiburnya.

Bibi yang mengetahui kapan ia sedang merasa lapar atau haus lalu menyuapinya di gendongannya, walau harus menunda pekerjaannya.

Bibi juga yang memandikannya pagi-pagi, lalu memasangkan baju seragam dan sepatunya, menyiapkan sarapan dan mengantarnya ke sekolah dekat rumah.

Bibi akan menghiburnya saat temannya di dekat rumah tidak mau mengajaknya bermain, lalu seperti biasa akan mengeluarkan cara-cara lamanya yaitu menyanyikan lagu Kasih Ibu.

Sejak kehadiran adiknya setahun yang lalu, Adinda juga mulai tidur satu kamar dengan Bibi. Sehingga Bibi lah kini yang menemaninya jika Adinda ketakutan melihat bayangannya sendiri di kamar, atau yang mengantarnya ke toilet jika tengah malam ingin buang air kecil.

Adinda ingat Mamanya akan mengajak serta Bibi jika mudik ke Solo saat Lebaran tiba, supaya beliau tidak direpotkan oleh rengekannya di tengah jalan.


Di mata Adinda, orang-orang yang dipanggilnya Mama dan Papa adalah orang-orang baik yang akan memberinya uang jajan atau membelikannya dan adiknya baju dan sepatu baru. Yang sekali-kali mengajaknya pergi jalan-jalan atau nonton. Jika papanya tidak sibuk dan mengambil cuti, Adinda akan diajaknya bersama Mama dan adiknya liburan ke luar kota atau berenang bersama. Sementara Bibi,hanyalah orang yang "terlalu" rajin yang akan mencuci baju-baju kotor keluarganya, membereskan rumah mereka dan.......... menemani masa kecilnya.......


Mama dan Papa banyak menemaninya di saat-saat senangnya....

Sedang Bibi banyak menemaninya di saat-saat gelisah, sedih dan takutnya.....


------------------------------------------------------------------------*


Yaa Allah, betapa telah Engkau titipkan kepada kami, hamba-hamba kecilMU yang kami sebut mereka 'Anak kami' tetapi telah kami sia-sia kan tanpa kami sadari.


Betapa rindunya mereka ditemani.... baik di saat senang apalagi di saat sedih


Betapa rindunya mereka dihujani kata-kata lembut dan senyum ramah kami


Betapa rindunya mereka akan maaf dan keridhoan kami di saat mereka melakukan kesalahan


Betapa rindunya mereka melihat kami lebih melihat keberhasilan-keberhasilan mereka dan berbangga dengannya daripada menyesali dan mengomeli kekurangan-kekurangan mereka.

Betapa rindunya mereka mendengar nama mereka disebut-sebut  dalam do'a-do'a kami kepada Allah di penghujung malam.


Betapa rindunya mereka, disaat hari tua kami dan masa dewasa mereka,dengan mudahnya menyayangi dan mencintai kami karena tak sedikitpun cela dan keburukan kami kepada mereka yang mereka bisa ingat.


Wahai anak-anak kami....

Maafkan Umy Abymu, Mama Papamu, Ayah Bundamu, Bapak Ibumu.....Jika belum dapat menjadi orang tua yang baik.
Orang tua yang memiliki lautan maaf untuk kesalahan-kesalahan kecilmu.
Orang tua yang berusaha membagi waktunya yang terbaik untuk membahagiakanmu.
Orang tua yang memberikan samudra kelembutan dan senyuman yang akan menentramkan hatimu. Orang tua yang memahami kegelisahan dan kegundah gulanaanmu.
Orang tua yang membuatmu bangga memilikinya.
Orang tua yang kau rindukan saat kami wafat meninggalkanmu.........


Allahu Rabby, ampunilah kami yang belum dapat menjaga amanahmu sesuai KehendakMU...

Betapa  faqirnya kami dihadapanMU,wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.......


Bogor , 18 Maret 2010

Terinspirasi dari kisah sebuah keluarga di lingkunganku

Catatan :  Gambar ilustrasi saya ambil dari Google