This foto belong to AFSP Central Florida

Sabtu, 31 Juli 2010

Hening...

Telagaku hening.....
Hanya sedikit angin menggoda dedaunan
Sedang apakah katak di bentang teratai itu ?
Adakah ia tengah diliput bahagia
Kudengar ia melantunkan latansa


Ahh telagaku sunyi....
Hanya gemericik airnya kudengar resik
Adakah bulan itu tersenyum padaku ?
Sinarnya berpendar saat kutatap ia
Mungkin ia malu mengungkapkannya


Bayangku  bergelombang di air cerminmu telagaku....
Ia meliukkan tarian magis disetiap kilaunya
Seakan mengejekku yang terduduk beku
Menanti amarahku....


No...no.....no...!!!
Tak bisa kau temukan murkaku hai bayanganku !
Telah kubuang ia ke lumpur terhitam
Dan kucampakkan ia ke negeri terjauh


Hanya senyuman nan kusimpan rapih
Di kotak perhiasan kalbuku terdalam
Dan kukunci ia dengan api emas
Bertudung ikhlas sehalus pualam


Telagaku sepi malam ini
Hanya suara jengkrik berderik
Mengiring symphony semesta telagaku
Menuntun lagu rindu kecapiku


Telagaku hening......
*suara air mengalir tenang.......*

Minggu, 25 Juli 2010

Ngaku = Lelah dan Capek = Nihil

Menjadi diri yang ikhlas itu tidak semudah mengucapkannya. Ia mensyaratkan kekosongan dari pamrih. Padahal banyak hal yang manusia sulit sekali untuk tak berpamrih jika tak cepat sadar akan hakikatnya diri yang sesungguhnya faqir, tak punya daya dan kekuatan jika tidak bersama Tuhannya.

Apalagi pada zaman dimana dunia sudah penuh dengan hukum-hukum pro-nafsu. Yang tersurat maupun yang tersirat, tertulis maupun terjabarkan. Segala hal butuh pengakuan, bahkan pengakuan menjadi sumber rezeky. Merambah ke semua arah, segala profesi maupun non profesi.

Apabila ditelisik kemudian mengapa orang butuh pengakuan? apakah demi harga diri? ataukah agar supaya orang lain tahu hak-haknya? atau seperti diungkapkan pertamakali, karena disitu ada sumber penghasilan ? Jawabannya akan bergantung pada kejujuran hati nuraninya.

Menyimak fenomena saat ini dari pemberitaan-pemberitaan di berbagai media, dimana nampaknya orang-orang berani berjuang demi sebuah pengakuan bahkan walaupun harus berkorban harta, waktu bahkan nyawa. Banyak terjadi sengketa diantar anak bangsa hanya karena masalah ini.


Mudah kita temukan bagaimana jika seseorang tersinggung dengan seorang lainnya maka akan melayang surat-surat somasi untuk orang yang telah menyinggungnya. Jika kebetulan orang itu public figure maka tidak cukup surat somasi, melainkan diadakanlah konferensi pers untuk memperjelas ketersinggungannya tak perduli apakah perso'alannya adalah perso'alan penting (untuk masyarakat) ataukah tidak.

Saat ini kita menyaksikan, bahkan pelaku-pelaku kejahatan pidana maupun asusila pun masih berusaha mencari celah untuk dirinya mendapatkan pengakuan itu, mengumpulkan alasan-alasan untuk mendapatkan pembenaran dari masyarakat atau setidaknya permakluman atas apa yang telah dibuatnya.


Apakah kita sedang membicarakan para artis ? Tidak sama sekali ! Kita sedang membicarakan diri sendiri. Apakah kita ini sekarang ? sebagai pemimpin perusahaan yang ingin dihormati ? lalu jika ada karyawan yang tak sependapat dengan kita maka kita akan membuat segala cara agar dia sefaham dengan kita atau memecatnya ?


Apakah kita sebagai pejabat negara yang ingin diakui, maka segala kebijakan yang kita putuskan harus dibenarkan dan didukung ? Jika ada yang berani mempertanyakan bahkan menentang maka kita akan berusaha meredamnya bahkan memberangusnya dan menganggap mereka sebagai musuh negara?

Apakah kita sebagai ulama atau aktifis da'wah, yang ingin diakui, maka jika kita bicara sesuatu rasanya tidak afdhal jika tak menyitir kitab suci walau bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun? dan karena yang disitir adalah kitab suci maka orang yang mendengar "tak pantas" untuk memiliki pendapat berbeda ? Lalu jika mereka tetap dalam perbedaan pemahamannya maka kita akan memutuskan bagi mereka kaum yang mufasiq, dzalim bahkan kafir seolah kita telah menjadi hakim ?


Apakah kita sebagai seniman dan budayawan yang ingin diakui ? maka identitas kebudayawanan dan kesenimanan kita harus terjelaskan berupa kebijaksanaan, keberfihakkan, keorisinilan, kepintaran sekaligus kekhasan (kalau tidak bisa disebut ke-slengean). Karena yang menjadi bahan rujukan budayawan dan seniman itu filsafat kebenaran, maka siapa atau fihak manapun yang bersuara berbeda dengannya maka akan dianggap pecundang dimana gagasan-gagasan mereka dianggap pembodohan.


Apakah kita sebagai jurnalis kawakan dari media yang terpercaya yang ingin diakui maka segala pemberitaan kita harus menghebohkan, harus yang paling awal merilis, harus kontroversial, harus "terkesan tajam" dan "terkesan" berfihak kepada rakyat kecil ? Karena merasa pandai, tajam dan terpercaya maka seandainya ada media lain yang lebih cepat, lebih tajam, lebih akurat maka segala cara boleh dilakukan demi menaikkan popularitas.


Semua hanya masalah pengakuan.
Bahkan orang-orang kecil dan lemahpun butuh pengakuan. Berapa banyak orang-orang berdemo, mengandalkan jumlah kawan yang banyak untuk menebus kekurangan mereka dalam hal ekonomi ataupun pendiskriminasian, mengeluhkan ketidak adilan, menuntut perbaikan nasib, memaksa dilakukan perubahan hukum.


Apakah salah kita menuntut hak untuk sebuah pengakuan ? dengan kata lain :"Apakah 'Ngaku' itu salah ?


Dalam Islam khususnya, Nabi saw kita mengajarkan kepada kita untuk "mengambil" bagian dari dunia ini seperlunya, tidak berlebih-lebihan. Seperlunya kita hidup. Bahkan ada hadistnya yang berisi :"Makanlah dan minumlah kamu sekedar agar punggungmu tegak" (HR. Bukhary-Muslim). Terkait dengan masalah keperluan ragawi, seprti demikianlah yang dicontohkan.
Maka jika telah melampaui keperluan, dikhawatirkan telah jatuh pada sikap berlebihan. Itulah yang membawa orang kini sibuk sekali mengelola pekerjaan dan harga dirinya dimata umum.

Pengakuan adalah hal lain diluar keperluan hidup sesungguhnya, yang walaupun orang kini berjuang keras mendapatkannya. Untuk apa pengakuan itu jika saja kita mau menyadari bahwa jangankan untuk bisa berfikir, bekerja, meraih prestasi-prestasi, mengembangkan sayap "kesuksesan" dan sebagainya sedang bernafaspun kita tidak bisa kecuali karena oleh dan bersama Tuhan saja yang Allah asmaNYA.


Hanya sesederhana itu . Tidak sulit sesungguhnya untuk tidak mengaku atau merasa paling pintar sendiri, paling benar sendiri, paling kuat sendiri. Diri ini akan asyik "memandang" kepandaian, kebenaran dan kekuatan Tuhan saja. Dan segala yang ada di dunia ini tidak ada kecuali karena bersumber dari Pintar, Benar dan Kuatnya Tuhan.


Yang sulit itu justru kalau sudah ngaku atau "merasa memiliki" pintar, benar dan kuatnya. Hidupnya lelah mengejar-ngejar pengakuan orang lain, kalaupun ada harta yang didapat, ataupun sedikit penghormatan, maka itu semua tak akan dibawa mati yang mutlak/pasti kedatangannya.


Maka belajar untuk ikhlas, belajar sampai ajal tiba. Belajar menafikan segala yang fana ini, sambil terus menegakkan dzikir kepada Yang Maha Ada, Yang paling pantas untuk 'Ngaku', mengakui bahwa segala yang ada ini adalah CiptaanNYA, PerbuatanNYA, Maha KaryaNYA.
Sambil terus berkarya, karena sebagai manusia karya kita akan menjadi pancatan yang kokoh untuk bisa sampai kepadaNYA jika dilakukan dengan IKHLAS.

Senin, 19 Juli 2010

Do'a Anaku Di Sore Itu

Sore ini, aku baru  sempat mencuci bertumpuk baju keluargaku karena kesibukan hari kemarin hingga siang tadi. Saat aku hampir menyelesaikan pekerjaanku, muncul Fadly anak laki-lakiku. Terdengar di telingaku dia bergumam :


" Kasian Umy, banyak pekerjaan. Umy capek ya ?".


Aku tersenyum kepadanya, Fadly anak laki-lakiku berusia 5.5 tahun yang paling sering membuat hatiku ketar-ketir karena tingkah polahnya yang sering membuat seisi rumah kesal dan marah. Tetapi Fadly juga anak yang paling sering menunjukkan empatynya kepada ibunya ini. Mendengar dia bertanya demikian, aku hanya tersenyum dan menjawab :"Adek do'ain umy ya". Tanpa kupinta lagi, dengan lancar ia berdo'a dalam bahasanya sambil berdiri di belakangku yang masih menjemur pakaian-pakaian basah itu.


" Ya Allah, Umy jangan sakit ya Allah. Umy jangan diapa-apain. Pliiis ya Allah. Aku janji nggak nakal sama Neng ( Rahma adik bungsunya). Aku nggak jajan 2000 (maksudnya 2000 rupiah) lagi Ya Allah,  Suer SDA (Swear Sumpah Demi Allah). Umy sehatin ya Allah. Pliiis ya Allah Amiin "


Aku tetap membuka tanganku, diantara rasa haru dan geli, tetapi tetap kuamini dengan sepenuh hati.

Terimakasih Ya Allah, setiap hari Kau anugrahkan "syurga" di hatiku melalui mereka anak-anakku

Senin, 12 Juli 2010

Indahnya Persahabatan

Bismillahrrahmanirrahiim

"Nggak apa-apa dek, santai aja :)"
Sebuah kalimat yang membuatku lega. Kalimat itu datang dari seorang penulis "besar" yang telah menjadi teman kontak-ku bernama Asma Nadia di PMku di Multiply. Beliau membalas permohonan maafku atas terimportnya postingan-postinganku dari Blogspot ke Multiply yang aku khawatir akan memenuhi notifikasinya dan membuat beliau kurang nyaman.

Datang lagi balasan dari mbak Wardatulmahabbah :
sudahlah ukhty..
ndak usah terlalu dipikirkan
itu hanya masalah kecil
yang terpenting kita tidak punya niatan untuk menganggu mereka
dan selalu berusaha untuk menjadi yg lebih baik
luruskan niat ukh..
berdo'a sama Allah semoga diberi kemudahan dalam menghadapi tiap persoalan.
lanjutkan saja..
jangan terlalu dimasukan dihati apa kata orang
hidup jangan hanya dengan memakai perasaan
tapi pandang juga dengan realita kehidupan
jangan hatimu terlalu terluka
oleh akibat tikaman kata kata manusia
lebih baik simpan hatimu untuk keindahan segala karunia-Nya..:)
ikhlas dan sabar ya ukh..:)


Dan adalagi balasan PM dari mas Hendra Wibawa yang membuatku merasa lega dan merasa disambut dengan "kehangatan" di rumah tulisan baruku di Multiply.


Tahukah sahabat ? Semua ungkapan diatas adalah kebahagiaan pertamaku di Multiply setelah kejadian tereksportnya postingan-postinganku di Blogspot ke Multiply telah membuat beberapa sahabat di MP kurang nyaman dan keluhan-keluhan mereka membuatku merasa tidak enak sebagai new comer sudah membuat "masalah". Bagaimanapun kehadiran ditempat yang baru adalah sebuah "curious" sekaligus kegembiraan ditambah kebingungan. Maka munculnya teman-teman baru yang mengulurkan keramahan dan permakluman atas kekurangan kita sebagai pendatang baru sangatlah mengesankan. Oleh sebab itu dengan cepat nama-nama mereka menjadi akrab dan terasa "hangat" di hati.


Dari kejadian itu aku belajar untuk berusaha menjadi teman  yang baik sesama MPers dan tentu saja demikian pula dimanapun baik di Blogspot maupun situs-situs lainnya. Sebagai pendatang  harus memperhatikan kebiasaan baik di tempat yang baru, jangan sampai kehadiran kita di tempat itu membuat "onar/ heboh" yang mengusik ketenangan dan kenyamanan mereka. Demikian pula jika kita menjadi "penghuni lama" akan menjadi rahmat kehadiran kita itu apabila jika datang pendatang baru kita sambut dengan baik penuh keramahan walau dengan gayanya sendiri-sendiri. Memberi tahu dengan cara yang baik apabila terlihat sang tamu kurang memahami aturan-aturan main di tempat barunya itu (sebagaimana yang aku alami  di blogspot ini saat seorang sahabat baikku mbak Latifah Hizboel dengan sabar mengajariku memasang link ataupun award dsb).

Karena bergaul di dunia internet pun tidak berbeda aku kira aturannya dengan bergaul di dunia nyata dimana agama mengajarkan untuk saling menghormati, saling menyayangi, saling mendukung dalam kebaikan.Oleh sebab itu semoga kehadiranku dimanapun mendatangkan manfaat bagi sahabat-sahabatku dan diriku sendiri. Apabila terdapat kekurangan atau kekhilafanku sudilah kiranya untuk memaafkan.

Indah sekali persahabatan jika dinaungi dengan saling menyayangi satu sama lain karenaNYA.
Salam

Sabtu, 10 Juli 2010

Diantara misykat dan resahnya...

Dia bahagia...
Begitu kata orang...
Melihatnya ceria ditengah kesibukannya
Tak salah orang menilai

Padahal ada seonggok sesal di sudut jiwanya
Menemaninya disetiap hiatusnya
Mengapa hanya secuil  yang dimilikinya
Disaat ia merasa mampu merengkuhnya dengan seluruh dekapnya

Hanya kepasrahan dari sebuah  keterpaksaan
Ketika keadilan tak diperuntukkan bagi dirinya
Bagaimanapun ia mencoba bertahan
Terpuruk juga pada akhirnya

Dia gembira...
Begitu kata orang...
Melihatnya riang ditengah aktivitasnya
Tak salah orang menilai

Padahal ada gundah di relung hatinya
Mengiringinya disetiap diamnya
Mengapa Tuhan memilihkan ini untuknya ?
Disaat ia merasa mampu menjadi yang selainnya

Hanya setangkup do'a terjabarkan
Terbuka segala rahasia perso'alan
Membiarkan kembali syukur menelisik dada
Kembali mencari misykat nan bercahaya