This foto belong to AFSP Central Florida

Selasa, 27 April 2010

Hujan jangan kau pergi.....

Bismillah....

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan hujan di kotaku setelah beberapa hari tak setitik pun air menetes ke bumi kami.
Hujan yang mendamaikan hati. Suara gerintisnya yang menepuk-nepuk tanah berdebu memberikan harapan. Bahwa masih ada orang di sekitar yang mau bertaubat, masih ada orang yang ikhlas.

Di rumah-rumah kami silih berganti menjadi tempat orang mengaji
Di mesjid kami ada saja orang datang untuk shalat berjama'ah
Di dalam pergaulan kami masih ada shedekah
Di orang-orang mampu kami masih banyak yang mau berangkat haji

Namun siapa yang tahu dada orang yang ikhlas
Siapa yang dapat melihat para pendosa bertaubat
Dan siapa bisa menerka janji seorang yang setia
Melainkan hanya disisi Tuhanlah rahasianya

Di masa Nabi....
Hujan telah menjadi pertanda
Ada rahmat Allah di tanah yang dibasahi...

Di masa para Shahabat dan Shalihin
Hujan menjadi isyarat
Ada ampunan Allah hendak dibagikan...

Entah di masa kini
Orang telah tak perduli
Apakah hujan akan pergi dan tak kembali
Telah hilang mawas diri
Tak takut kepada Ilahi...

Orang kini lebih takut pada tsunami
Takut tak dapat membuat kenyang anak dan istri
Sehingga dijamah segala yang terlarang
Murka Tuhan sudah tak terbayang...

Hujan jangan kau pergi
Membawa rahmat Allah menjauhi kami
Sampaikan air mata kami
Kepada Al-Ghafuur yang Maha Tinggi....


Aku menanti di jendelaku.....
Tetes-tetes air itu membasahi tanah dan hatiku.....


***********

Alhamdulillah puisi tadi saya dedikasikan untuk sang Hujan ^,^ sebagai tanda syukur kepada Allah azza wa Jalla yang telah mengirimkan makhluknya itu di rumah kami. 
Selanjutnya, rasa syukur saya pun meliputi pula ni'mat lain yaitu teman sesama bloger saya yaitu Mas Sukadi, yang telah berbaik hati menghadiahkan award kepada saya, sebuah award yang sangat "cute".

Lucu ya :)
Award ini  saya bermaksud memberikannya kepada lima blogger yaitu : mbak Irma Senja,  Mbak Latifah, Mas ShidiqElpa, dan Nur-Ma. Jadi jika sahabat yang akan saya bagi award ini sudah membaca postingan saya ini silahkan mengambilnya. Dari saya tanpa syarat. Ini tanda persahabatan kita di dunia blog :)

Sekian dari saya semoga tidak ada kesalahan dalam hal award ini karena saya masih agak awam soal ini. apabila ada kekeliruan dalam penyampaiannya mohon dikoreksi. Terima kasih sudah berkunjung ya :)
Wassalam



Minggu, 25 April 2010

Permata Sejati

 Untuk beberapa hari ini saya ingin menampilkan postingan-postingan lama saya berupa cerpen (cerpen baru masih digarap tapi kayaknya masih perlu waktu) so sambil nunggu cerpen baru, sahabat-sahabat mungkin berkenan membaca cerpen-cerpen saya terdahulu. Ini salah satunya, selamat membaca :)
                                                                    
   ***







Angin laut masih berdesir, membelai-belai dedaunan pohon-pohon kelapa di pesisir laut Jawa, ombak-ombak kecil dan besar bergulung-gulung menghempas batu-batu karang, dan Yasmin pun masih berdiri disana, diatas kelembutan pasirnya. Kerudung putihnya melambai-lambai dipermainkan angin, sesekali diperbaikinya tutup kepalanya itu jika telah mengganggu pandangannya yang jauh ke tengah laut.
Seakan-akan, nampak jauh disana peristiwa dua tahun yang lalu, saat-saat di mana peristiwa itu telah meninggalkan bekas di hatinya. Peristiwa yang tak pernah masuk di dalam barisan do’a-do’anya dahulu,namun ternyata hati yang “besar” akan sanggup menampung seberapapun kenyataan hidup,seperti yang dialaminya……







Yasmin… Mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Jakarta, berasal dari Aceh. Tinggal merantau jauh dari orang tua, namun mampu menjaga kehormatan dirinya, wanita muda yang anggun dan sederhana,berkhidmat pada pesan kedua orang tuanya untuk bersungguh-sungguh menuntut ilmu di “kampung” orang. Menyewa sebuah kamar kost sederhana bersama kawan perempuannya satu fakultas Dista.







Pertemanan mereka berkembang menjadi persahabatan. Satu sama lain saling membantu, saling menolong, walau terkadang adakalanya terjadi perbedaan pendapat, namun hal itu tidaklah mengganggu persahabatan mereka.
Pagi itu seperti biasa, Yasmin telah berada di kampusnya untuk mengikuti perkuliahan pagi dari dosennya. Tiba-tiba,dari arah belakang seseorang menepuk pundaknya,
”Dista..?”.
Dista tersenyum sambil membetulkan tali tas punggungnya. Yasmin memperhatikan sesuatu yang berbeda;
”Dista….., kamu lagi seneng ya pagi ini?”.
Tapi Dista hanya mengacungkan telunjuknya menempel di bibirnya:
” Ssssttt…..”.
Yasmin mengangkat alisnya, namun dia membiarkan Dista dengan misteri nya.Merekapun melangkah ke dalam kelas untuk mengikuti perkuliahan.







Dua jam berlalu tanpa kesan apapun, mahasiswa keluar dari ruangan perkuliahan satu persatu. Yasmin dan Dita pun berjalan beriringan, hanya sesekali,sesekali yang nampak seringkali bagi Yasmin, Dista memeriksa pesawat Handphone-nya, atau mengetik sesuatu melalui smsnya. Kampus yang ramai, namun sepi bagi Yasmin karena sejak tadi Dista seolah-olah sendirian, sibuk dengan HP-nya, walau bersama Yasmin di sampingnya.





Seolah-olah dikomando, tanpa perjanjian langkah kaki kedua gadis itu mengarah ke arah bangku taman di dekat kolam, tempat favorit keduanya saat menunggu jam kuliah berikutnya.
Begitu keduanya duduk di bangku itu, Dista sudah akan memeriksa lagi pesawat HP-nya,namun sebelum jarinya menyentuh keypad, Yasmin menahan tangan Dista lembut dan tersenyum sambil berkata :
 
”Halloo….apakah Dista masih disitu?”. 
Dista menolehkan wajahnya dan melihat Yasmin dengan wajah penuh tanda tanyanya . Dista tertawa :


”Hihihi….penasaran nih yee”
Tapi Yasmin tetap menahan tangannya di lengan Dista. Dista berkata:


” OK…OK, aku lupa punya one curious girl di kampus ini hehe.Tapi janji yaa, ini cuman di antara kita aja”. Dista lalu bercerita dengan suara perlahan seolah-olah tak ingin diketahui rahasianya oleh orang banyak .







Malam itu, Yasmin di kamarnya sendiri duduk di atas meja mengerjakan beberapa tugas dari dosennya. Dista sudah 3 hari cuti pulang sementara ke tempat asalnya di Yogya. Jarum jam sudah menunjukkan angka 11, namun mata Yasmin tak hendak beristirahat. Dibiarkannya waktu berjalan yang terasa lambat, dicobanya untuk menikmati sayatan-sayatan kecil di hatinya yang masih agak terasa perih. 
Dikenangnya lagi pembicaraannya dengan Dista di kampus beberapa hari yang lalu tentang rahasia kecilnya. Tentang seorang pemuda, satu kampus dengan mereka, yang menjadi asisten dosen mereka selama ini dan juga ketua Rohis di kampus, yang Yasmin “kagumi”selama 1,5 tahun ini namun ia simpan itu sekedar sebagai sebuah semangat saja. Pemuda itu, di saat-saat Yasmin bersimpati dan menaruh sekuncup harapan, ternyata telah melabuhkan harapannya sendiri terlebih dahulu kepada sahabatnya Dista.
Ya, Syam - yang Yasmin kagumi kepintarannya, keshalehannya,- yang Yasmin “melihat’ dari kejauhan kerinduannya akan gambaran-gambaran tentang rumah tangga yang sakinah, mawadah warahmah akan lebih berseri seandainya jika perahu itu didayungi bersama Syam, pemuda yang seringkali pula membantunya dalam beberapa event di kampus yang karenanya sempat pula Yasmin mensyukuri kebersamaan itu, pemuda yang ternyata kini telah memilih Dista untuk menjadi pendamping hidupnya.



------





Berita “gembira” itu, dikabarkan Dista dengan tenang, namun terasa bagai halilintar di telinga Yasmin."Dia melamarku tadi malam Yasmin." Berdetak kencang hati Yasmin, mengapa ia harus mendengar "Happy Ending" ini, mengapa ia tidak sensitif selama ini jika Dista sering menceritakan Syam kepadanya di kamar mereka,di kampus atau dimana saja setiap mereka pergi bersama. Yasmin mengira Dista hanyalah fans Syam belaka yang sering merasa tersanjung oleh perhatian pemuda itu,hanya saja berbeda dengan Yasmin Dista lebih ekspresif mengungkapkan ketertarikannya. Sementara dirinya hanyalah seorang gadis pemalu yang tak mungkin akan mengumbar kegembiraannya setiap saat ia merasa Syam memperhatikannya. Namun Yasmin bukanlah gadis yang dengki, berita sebesar apapun tidak akan menggoyahkan kelembutannya dalam bersikap. Bahkan Yasmin memeluk Dista erat, membisikkan do’a yang tulus di telinga sahabatnya dan tersenyum tanda turut bergembira untuk kebahagiaannya:
" Selamat ya Dis, aku tahu dia laki-laki yang baik, shaleh dan pantas mendapatkan gadis seperti kamu. semoga pernikahan kalian diberkahi Allah, aku ikut senang". 
Mata Yasmin berkaca-kaca menatap Dista, ia ingin Dista menduga itu adalah air mata bahagianya walau sesungguhnya kepedihan telah bersenyawa didalamnya. Mereka berdua akhirnya tertawa-tawa







Yasmin menekur di muka monitor, menatap beberapa foto yang diambil saat pelaksanaan acara Bedah Buku di kampus, ada salah satunya foto dirinya, Dista dan Syam dengan latar belakang mesjid kampus.Semua tersenyum dalam foto itu, seharusnya menjadi kenang-kenangan yang indah menurut Yasmin, tetapi mengapa air mata itu jatuh di pipinya, semakin lama semakin tercurah, pundak Yasmin berguncang pelan, terdengar suara terisak dan bisikan lirih Yasmin;
Ya Allah, Tuhanku….terima kasih telah Engkau karuniakan hamba saat-saat yang baik ini. Dari sejak kecil hingga kini, tidak pernah Engkau mengecewakan hamba. Ya Allah, sembuhkanlah luka hati ini, ringankanlah mata penglihatan dan mata hati hamba jika melihat kebersamaan mereka. Bahagiakanlah mereka Tuhan. Dan cukuplah bagi hamba Allah dan RasulNYA".
Mengalir air mata Yasmin, airmata keikhlasan, digelarnya sajadah ingin melewatkan malam itu bersama Tuhannya.







Hari pernikahan Dista dan Syam tidak kurang dari satu minggu lagi. Namun berita menggemparkan itu memecah keasyikan. Dista mendapat kecelakaan berat di tikungan jalan daerah Yogya saat sedang mempersiapkan pernikahannya. Saat Yasmin tiba di Rumah Sakit di Yogya, ia melihat Syam sendirian terpekur di sudut hall, berdesir hatinya, entah mengapa kini ia merasa iba melihat kekasih sahabatnya itu bak burung yang terluka sayapnya, merasakan kesedihannya yang luar biasa dan kekhawatiran akan kehilangan orang yang dicintainya. Namun perhatian Yasmin terbelah, suara pekik orang-orang di ruang UGD mengejutkannya. Yasmin melihat ibunda Dista menangis, dan Ayah Dista berdiri lemas, dipapah kerabat beberapa orang. Berdegup kencang jantung Yasmin, dan benarlah ternyata Dista dinyatakan telah meninggal dunia.Yasmin terguncang hatinya, namun di saat-saat seperti itu sisi lain dirinya menuntutnya untuk sadar, ada orang lain yang lebih “berhak” untuk merasakan kepedihan besar itu, dialah Syam calon suami Dista. Bergetar bibir Yasmin mengucapkan istirja: 
Innalillahi wa inna ilahi rooji’uun, sesungguhnya kami semua milik Allah,dan sesungguhnya kami semua kepadaNYA akan kembali.



------


Hari-hari Yasmin dan Syam kini menjadi sendu. Ditinggal orang yang dicintai dan dekat dengan mereka bukanlah hal yang mudah. Namun kebersamaan mereka telah mendekatkan kembali taqdir yang dahulu terasa jauh. Yasmin merasakan kini perhatian Syam kepadanya bertambah setiap hari. Perasaan berbunga yang dulu pernah dirasakannya kini datang kembali.Walau tidak sesemerbak dahulu karena jauh di lubuk hatinya, ada perasaan rendah diri yang sulit terhapus, dirinya hanyalah perempuan pengganti di sisi Syam setelah kepergian Dista. Namun ia berusaha untuk selalu mensyukuri kebahagiaan itu, masa lalu tidak mungkin dihapus, karena bagaimanapun itu telah terjadi.Yasmin mencoba merangkai kehidupannya kembali dan membangun cita-citanya.






Hari wisuda itu akhirnya datang juga. Orang tua Yasmin dan kedua kakaknya datang dari Aceh. Kebahagiaan yang membuncah dihatinya, kedatangan ibunya dan kelulusannya telah menambah seri di wajah cantik Yasmin, apalagi saat disadarinya ternyata Syam pun hadir untuk dirinya menikmati bersama kebahagiaannya. Itulah saat-saat yang mendebarkan hatinya dalam kehidupannya. Di hari wisudanya, Syam melamar dirinya kepada orang tuanya, memintanya untuk menjadi istrinya. Terasa terang benderang dunia Yasmin dan penuh aroma yang menyenangkan, walau entah mengapa lututnya saat itu terasa lemas.







Hari-hari Yasmin kini menjadi lebih berwarna. Tidak kurang dari 2 bulan lagi pernikahannya akan digelar. Syam pun telah membawanya berkenalan dengan kedua orang tuanya dan keluarganya. Keluarga Yasmin di Aceh pun sibuk mempersiapkan pernikahannya. Namun ada sedikit kekhawatiran Yasmin, mengingat telephone dari Syam malam tadi tentang keluhannya di bagian pinggangnya. Memang sudah beberapa minggu ini, Syam terlihat semakin sering mengeluh sakit. Namun Yasmin tidak pernah menyangka, seminggu kemudian setelah tak kuat menahan sakitnya dan Syam dibawa ke Rumah Sakit ternyata saat diperiksa oleh dokter ahli penyakit dalam, Syam dinyatakan menderita kelainan ginjal, satu ginjalnya telah tak berfungsi dengan baik, sedang satu ginjal yang lainnyapun dalam kondisi yang sama. Saat itu juga Syam diharuskan menjalani rawat inap di Rumah Sakit.
Dua minggu sudah Syam dirawat di Rumah Sakit, berat badannya turun drastis, keadaanya tidak semakin membaik.
Yasmin amat berduka melihat kekasihnya terbaring di pembaringan rumah sakit tanpa dirinya bisa merawat sepenuhnya. Statusnya yang belum menjadi istri yang sah menghalanginya untuk dapat sekedar menyentuhnya. Hanya kepada ibunda Syam ia dapat menitipkan sekedar buah tangan dan do’a tulusnya yang tak henti-henti ia alirkan dari bibir dan hatinya.
Sedang keadaan Syam semakin memburuk saja, dan dokterpun telah menyerah sementara hari pernikahannya yang telah tertulis di dalam undangan telah sangat dekat tak kurang dari 2 hari lagi. Hingga terucap dari bibir tipisnya, kepada ibunda Syam:
”Wahai ibu, saya tidak bisa duduk diam seperti ini saja. Laksanakanlah pernikahan kami pada waktu yang ditetapkan semula. Nikahkan kami sedang Abang Syam masih bisa mengenali saya. Izinkan saya berbakti kepadanya sebagai istri dalam keadaan sakitnya ini Ibu”.


Ibunda Syam memandanginya haru, di saat-saat di mana ia merasa tak pantas lagi mengharap cinta seorang bidadari untuk putranya yang telah kehilangan ketampanannya, kegagahannya, di saat dimana ia mengira hanya kasih orang tualah yang akan setia menemani penderitaan putra tercinta,Yasmin mengajukan diri untuk tetap melaksanakan pernikahannya hanya supaya dapat turut merawat sepenuhnya sang putra. Ibunda Syam memeluk Yasmin dan menangis di pundaknya, sementara Syam yang terbaring disamping mereka menitikkan air matanya tanpa mampu berkata-kata.Ia merasa baru sekarang ia menemukan permata sejatinya.






Tepat seperti yang telah tertulis di dalam kartu undangan, dilaksanakanlah pernikahan itu. Syam sudah tak mampu duduk, namun ia mampu melafalkan ikrar nikahnya walau dengan suara yang lemah. Semua yang hadir di kamar rumah sakit itu tertunduk, atmosfir ruangan dipenuhi keharuan melihat sepasang pengantin yang bersanding. Mempelai putri yang cantik mengenakan kerudung putih berhias bunga sederhana duduk di kursi, sementara Mempelai pria terbaring lemah di ranjang rumah sakit sedang lengannya dipenuhi jarum infus dan obat-obatan.
Maka dimulailah hari-hari penuh pengabdian Yasmin kepada suaminya di rumah sakit. Bahkan ia pun kini harus ikut memikirkan biaya yang harus ditanggung untuk perawatan dan pengobatan selama di rumah sakit. Jika ada waktu, saat menunggui suaminya Yasmin merajut benang untuk dibuatnya mainan atau topi-topi bayi yang lucu. Bukan untuk bayi mereka, tetapi untuk Yasmin jual kepada beberapa teman yang merasa iba dengan penderitaan keluarganya sebagai ikhtiarnya mencari nafkah karena disadarinya suaminya belum mampu melaksanakan kewajiban itu saat ini. Yasmin tidak tergoyah, rasa sedihnya tidak membuatnya berhenti tersenyum untuk Syam suaminya.Setiap ada waktu berdua,Yasmin selalu menceritakan hal-hal menarik yang ditemuinya, mulai dari rajutannya yang salah warna, perawat shift malam yang judes tapi suka memberinya segelas kopi panas, anak-anak teman mereka yang menitipkan hadiah untuk pernikahan mereka dan sebagainya.Yasmin ingin suaminya tidak terlalu menderita, setidaknya ia dapat melihat senyum di bibir Syam setiap hari sudah menjadi syurga baginya.



--------------





Yasmin masih bersimpuh di atas sajadahnya, saat tengah malam itu dari sudut matanya ia melihat tangan Syam mencoba menggapainya. Yasmin segera bangkit, dan menangkap jemari suaminya lalu didekapnya: 
Ada apa sayang?”bisiknya. Syam menatapnya lekat dan berbicara dengan suara lemah:  
”Terimakasih…” Syam tercekat, lalu ia melanjutkan bicaranya:




Abang rasa telah dekat waktunya…., Abang  mensyukuri semua nikmat Allah selama ini…bahkan penyakitku ini….  Tapi tidak ada nikmat Allah yang lebih besar daripada dicintai dan menikahi Yasmin Nurul Aini.  Abang memohon kepada Allah cukuplah Yasmin sebagai Bidadariku dan Abang ridha kepada adik sebagai istriku. Maafkan Abang belum menjadi suami yang baik ya....  tolong sampaikan  maaf Abang kepada Ibu, Bapak Abang. Tentu saja Orangtuamu juga Dik. Sampaikan maaf Abang belum dapat membahagiakanmu....... Abang janji,sesudah semua ini akan kusampaikan kepada Allah Tuhanku bahwa kamu telah memberikan yang paling berharga buat Abang. Setiap habis sholat, ikutkan Abang dalam do’amu ya dik”.






Yasmin meneteskan airmatanya dan menganggukkan kepalanya, pertanyaan bergelayut di pikirannya, adakah ini saatnya, inikah saat-saat perpisahan itu?. Namun Yasmin tak ingin menangis dihadapan suaminya, bahkan dalam saat yang kritis sekalipun Yasmin ingin tetap tegar mengantar sang kekasih kepada Kekasihnya yang lebih mengasihinya, IA lah Allah.
Yasmin mendekatkan bibirnya ke telinga Syam membisikkan kalimat-kalimat dzikir dalam zona pendengarannya. Terus demikian hingga mendekati Shubuh, saat akhirnya suaminya menarik nafas yang terakhir untuk berpulang kepada Sang Khalik. Yasmin sendiri yang menutupkan mata lelaki yang dicintainya itu. Dan tidak berhenti membacakan ayat-ayat AL-Qur’an di sisinya, hingga perawat shift pagi datang dan mengetahui keadaannya.







Yasmin masih berdiri di pantai itu. Kaki lembutnya disibakki air ombak yang terus meninggi. Diperbaikinya lagi kerudungnya yang dipermainkan angin laut. Yasmin menggerakkan bibirnya, berbisik lirih :


” Ya Allah, tak ada yang terbaik selain dari QudrahMU, cukupkanlah hamba hanya denganMU. Terimakasih telah memilih hamba untuk melalui salah satu jalan taqdirMU untuk bertemu orang-orang yang hamba cintai walau diantaranya hanya sebentar saja, namun apalah arti sekejap atau pun lama di hadapanMU, tutuplah dan dinginkanlah luka hati hamba ya Rabby, jikalau ada alam lain tempat pertemuan para kekasih, pertemukanlah kami kembali ya Allah, jikalau tiada maka cukuplah Engkau saja bagi hamba”.







Yasmin memandang ke arah laut sekali lagi, matanya basah oleh air mata beningnya namun hari telah senja, suara adzan maghrib tidak lama lagi akan berkumandang. Yasmin memetik sekuntum bunga perdu lalu membalikkan badannya, berjalan menyusuri pesisir , hatinya bergetar oleh dzikir dan bibirnya melantunkan do’a-do’a.


--------------





Terimakasih untuk Rahma -19 bln- yang tak bosan menghampiri dan duduk di pangkuanku saat menulis cerita ini

Kamis, 22 April 2010

Lagu Pertama :)

Seorang teman yang seorang Musisi, meminta tulisanku untuk dijadikan sebuah lagu. Biasanya tema yang populer sekitar cinta dan kerinduan (walaupun obyeknya bisa berbeda-beda). So... saya buatkan untuknya seperti ini...

 *Rindu Tlah Terlarang*



Seembun harapan
Terbang dijemput mentari
Jejaknya membekas
Di daun kenanganku...

Seberkas senyummu
Menggores kertas anganku
Bayangnya tertinggal
Di dawai hatiku...

Sekilas tatapmu
Menyentuh relung sukmaku
Biasnya berpendar
Di labirin khayalku

Reff:
Rindu rindu tlah terlarang kini...
Adakah satu penawar hati...
Meski tlah mengharu biru ...
Ku tak ingin luruh layu...



Saya sendiri mengartikan rindu yang tlah terlarang itu adalah kerinduan terhadap segala godaan yang menarik-narik hawa nafsu kita. Kerinduan terhadap "dunia" yang dapat menjerumuskan. Tapi kalau nanti sudah dibuat menjadi lagu dan diaransemen, terserah kepada yang mendengar bagaimana mereka memaknainya, Do'ain ya...semoga menjadi lagu yang bagus...:).

Rabu, 21 April 2010

Titipan Tuhan....

                                                                          


Seekor burung melayang di angkasa yang jingga
Mengepak sayapnya yang berbulu keemasan
Bersama kawan saudara telah melampaui dua benua
Mencari dataran dimana musim telah menantinya

Melewati sebuah rumah megah beratap merah
Dihias batu dan taman yang indah
Terhampar rumput lembut dan kolam ikan
Disemat di sudutnya sebuah ayunan

Sang burung tersentak seiring silau di matanya
Apakah itu ?
sesuatu yang bercahaya datang dari jendela rumah itu
Ia mengembangkan sayap menukik mendekat
Kilau itu ternyata datang dari setetes air mata seorang anak

Gadis kecil berambut coklat
Bermata biru berteman kesedihan
Duduk di kasur empuknya
Dipeluk kesepiannya

"Hai anak...siapa kau ?.... ada apa dengan air matamu?"

"Aku anak yatim piatu. Air mataku tak bisa berhenti sejak aku dilahirkan"

"Kau anak yatim? Kasihanku untukmu. Ayah Ibumu telah tiada nak? dimanakah batu nisannya ?"

Sang anak menggelengkan kepalanya,ia menunjuk ke dalam rumahnya
"Ibuku ada di dalam kebingungan , ayahku ada di luar pelukan"

Sang burung terheran-heran
"Apa yang kau katakan nak?"

Ibuku disini tak bicara padaku
Ia hanya menegurku jika aku memecahkan vas bunganya
Ibuku disini tak bercanda denganku
Ia hanya memarahiku jika aku mengotori lantainya
Ibuku disini tak tersenyum padaku
Ia hanya membentakku jika aku terlambat bangun pagi

Aku tak punya Ibu yang dijanjikan Tuhan
Yang mengajakku lembut melihat dunia luar
Yang memelukku jika aku kedinginan
Yang tertawa bersamaku jika aku merasa senang

Ayahku disini tak berbincang denganku
Ia hanya memelotokan matanya jika aku lupa janjiku
Ayahku disini menepis tanganku tak menyambut pelukanku
Ia hanya menceramahiku mengeluh kelelahan
Ayahku disini tak bermain denganku
Ia hanya berteriak padaku menyuruh pergi ke kamarku

Aku tak punya ayah yang dijanjikan Tuhan
Yang mengajari aku jika aku kebingungan
Yang melindungi aku jika aku ketakutan
Yang mencium dan mendo'akanku jika aku ke pembaringan

Hiks...hiks..hiks
Burung...
Antarkan aku kepada Tuhan...
Akan ku cari Ayah Ibuku disana yang tertinggal...

Sang burung termenung risau
Entah apa yang akan dikatakan
Kepada kawan jika ditanyakan
Oleh siapa ia telah tertahan

Katakan saja wahai burung....kau telah tertahan....oleh seorang anak titipan Tuhan.....

-----------------------------------------------------------------------
Link Foto : http://picture-book.com/node/7938

Selasa, 20 April 2010

Indahnya Persahabatan (^,^)

Setiap mendapat teman baru, khususnya di dunia internet ini, baik facebook maupun blog., teman yang baik dan tulus, entah mengapa ada yang berdesir dalam hati saya.

Mungkin itu bagian dari fitrahnya manusia juga, karena mendapat kawan yang baik dalam segala makna dan bentuknya, adalah karunia besar yang Allah berikan.

Bersama kawan yang baik kita mendapat banyak jalan kebaikan lain yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Semakin meyakini apa yang diucapkan Nabi Muhammad saw, bahwa silaturahmi itu akan menambah umurmu  dan rezekimu  (masalah penafsiran diserahkan kepada ahlinya).

Saya pendatang baru di dunia Blog ini. Saat pertama memasuki labirinnya, banyak hal indah yang saya temukan, namun terlalu misterius untuk saya. Diperlukan mata yang lebar dan otak yang berputar keras ditambah pengetahuan bahasa Inggris yang minim (hehehe.... karena penyedia blognya berasal dari "sono" ya maka petunjuknya pun menggunakan bahasa "sono" pula) untuk dapat semakin jauh memasuki ruangnya.

Dalam postingan2 awal saya yang sepi komentar, datanglah sahabat baru yang amat baik (sahabat yang lain pun teramat baik juga), ada dua orang yang saya akan sebut namanya sebagai bentuk penghormatan saya kepada keduanya. Dua wanita hebat di bidangnya masing-masing.

Yang pertama adalah:
Dari Ike (teman sejak kecil mulai dari SD Citarip di Bandung dan SMAN 6 Bandung) pertama kali saya disarankan memiliki Blog sendiri untuk memuat tulisan-tulisan saya. Dari temanku ini saya mendapat  ilmu-ilmu baru tentang blog dan fotografi. Untuk itu saya memohon kepada Allah dengan karuniaNYA berupa kebahagiaan saya memiliki blog dan teman-teman baru sesama blogger, agar melimpahkan kepada Ike dan keluarganya keberkahan, perlindungan dan kebahagiaan. Aamiin.

Yang kedua, sang pemilik blog Cinta Hakiki mbak Latifah yang di awal saya sempat memanggil beliau adek, padahal ternyata lebih senior dari saya sendiri :). Untuk itu saya memohon maaf jika hal itu kurang berkenan di hati. Dari Mbak Latifah ini saya mendapat ilmu-ilmu baru pula seputar dunia blog. Dari beliau juga pertama kali saya mendapatkan Award di blog saya, sesuatu yang saya tidak terlalu mengharapkan karena saya menulis tidak berniat untuk mendapatkan apa-apa, hanya sekedar menulis dan menulis. Namun ternyata saat menerimanya saya merasa senang. So, ini award pertama saya yang saya dapatkan dari sahabat yang tulus Mbak Latifah Hizboel. Do'a yang sama untk mbak Latifah, semoga Allah menyayangi dan meridhai beliau.
Dengan rasa bangga saya perlihatkan award dari mbak Latifah:




Award yang cantik bukan...?
Terima kasih banyak Mbak Latifah.
Sesuai dengan amanatnya dan "kebiasaan baik" dari para blogger untuk saling membagikan award kepada teman-teman terbaiknya maka award ini saya serahkan juga untuk sahabat blogger saya Ike Hermawan, silahkan diambil awardnya Ike :)

Dan satu lagi komentator pertama dari kaum adam yang ingin saya berbagi award ini yaitu Mas Shidiq Purnomo, yang setia berkunjung di blog saya. Silahkan mas diambil awardnya semoga anda senang menerimanya.

Dan untuk meneruskan amanat yang telah memberikan award ini maka saya cantumkan pesan2 beliau ya


  1. Memberikan award ini ke teman blogger lainnya, minimal satu orang. Hal ini akan menjadikan antar sahabat saling menyapa sehingga memberikan efek silaturahim yang memperpanjang umur, InsyaAllah.
  2. Menuliskan minimal satu kalimat motivasi atau kalimat penyemangat atau nasihat yang memacu pikiran positif untuk kita semua. Boleh mengutip dari kata-kata motivator dunia ataupun dari manapun, asal disebut sumbernya ya.. :)Tapi kalau punya kalimat sendiri atau nasihat dari orang tua/teman/saudara yang ingin dibagi, pastinya boleh juga..
Semoga sahabat sudi menerimanya.


Demikian rasa terimakasih ini saya ungkapkan, semoga kebaikan-kebaikan sahabat dibalas Allah dengan yang lebih baik. allahumma Aamiin.
Bogor 21 April 2010

"Kau adalah Dengan Siapa Kau Berteman..."



                                                                 



Bingung gak baca judulnya...?

Mudah-mudahan masih mau meneruskan baca kelanjutannya ya...

Sekian lama diberi kesempatan menjalani fase demi fase kehidupan, kita bisa baaanyak sekali belajar.
Belajar tentang diri kita sendiri...
Karena itu yang terpenting.

Sering kita lihat, di dunia dengan keadaan yang semakin "terbesarkan" dengan semakin canggihnya teknologi ini, masyarakat telah berubah sedikit demi sedikit menjadi masyarakat yang pandai menilai orang lain baik atau buruk. Tetapi sedikit waktunya untuk menilai dirinya sendiri.


* Membaca dan mengkaji, dari mana dirinya berasal, untuk apa dan kemana akan menuju...
* Membuka kekurangan dan kelemahan diri disamping segala kesuksesan yang telah diraihnya.
* Mencari tahu, darimana asalnya sesungguhnya semua keberhasilan yang pernah dia dapat.
* Apakah benar, itu semua semata-mata karena perjuangannya, kesungguh-sungguhannya, ketekunannya, integritasnya, loyalitasnya dsb yang semua itu merupakan sikap-sikap yang baik dan sepantasnya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Ataukah ada faktor lain juga seperti kesempatan, anugrah, karunia, keberuntungan yang siapa lagi yang dapat memberi kecuali...Tuhan, yang Allah AsmaNYA.


Dan keadaan ini telah merambah pada semua sisi kehidupan di masyarakat manusia. Lebih parah terjadi pada tatanan sosial yang orang menyebutnya "Kelas menengah ke atas", meskipun hal ini banyak pula menjangkiti masyarakat "kelas bawah katanya". Yaah begitulah, "dunia dan segala isinya" memang merupakan batu ujian yang menyilaukan.


Kembali ke topik awal.


Semakin banyak kita berteman dengan beberapa komunitas pertemanan, akan terasa..."Atmosfir" yang berbeda-beda. Jika bergaul di"sini" begini rasanya. "Disana" begitu rasanya. "Disono" lain lagi rasanya ;)


Kalau bicara rasa, begitulah akan ada rasa yang berbeda-beda. Kenyamanan dan ketidak nyamanan akan bergantung pada sikap bathin yang sedang kita pegang.


Kita menyaksikan, baik dengan mata kepala sendiri (di lingkungan terdekat) maupun dengan mata kepala fihak lain (di media-media cetak maupun elektronik) bagaimana nasib seseorang/keluarga/institusi bisa tiba-tiba berubah karena sebuah opini. Opini tersebut terbentuk bisa jadi pada awalnya merupakan pendapat seseorang kemudian dengan bantuan fasilitas-fasilitas publik menggelinding menjadi opini publik.


Jika keadaan itu pada faktanya bisa mengangkat harkat dan martabat fihak yang menjadi obyek opini tersebut, alangkah baiknya. Maksudnya, tentu saja harus dalam koridor yang benar dalam pandangan umum (General view of humanity) sesuai dengan keberadaan masyarakat yang beragam yang hidup saling berdampingan.


Masalahnya, justru fenomena yang ada saat ini (tanpa menafikan memang telah terjadi banyak sekali pelanggaran hukum) dan hal ini merupakan hot issue dalam aturan Islam, bahwa akan terjadi banyak benturan dalam kehidupan bermasyarakat (sekarang ini ditambah ada komunitas/masyarakat lain yaitu masyarakat dunia maya/internet).


Banyak sekali pertikaian dan konflik. Pada awalnya seseorang merasa terganggu atau dirugikan atau bahkan mungkin dizalimi orang lain (menurut pandangannya/komunitasnya) lalu hal itu disebar kepada umum sehingga kemudian menjadi opini publik. Padahal belum tentu apa yang dikeluhkannya itu Shahih dalam pandangan hukum (ada yang nanya, hukum apa dulu nih...).


Banyak terjadi, jika kepentingannya terganggu maka ia berkeluh kesah bahkan sampai menggugat, namun jika orang lain memiliki pandangan yang berbeda dengan dirinya maka ia tidak suka.
Dirinya merasa berhak mengeluh dan menggugat sedang orang lain yang memiliki pandangan berbeda dianggap tidak tahu aturan dsb.


Ini salah satu contoh saja, bagaimana lambat laun pandangan/paradigma seseorang bisa saja berubah sedikit demi sedikit bergantung dengan siapa dan berapa lama dia berteman.


Akibatnya...jika sudah tumbuh rasa "Paling benar sendiri", "Paling bisa sendiri", "Paling Intelek sendiri" dsb, maka ia akan memandang orang / fihak / komunitas lain lebih rendah dari dirinya disadari atau tidak.


Sering ada istilah :"Jangan suka pilih-pilih teman. Berteman dengan siapa aja". Seolah-olah kata itu datang dari orang yang bijak. Padahal Nabi saw sendiri sudah mewanti-wanti bahwa:


Rasulullah Saw. bersabda, "Seseorang itu akan mengikuti "agama" temannya, maka hendaklah setiap kalian memperhatikan dengan siapa kalian berteman".
(HR Ibnu Hibban)


Saya tidak berhak menafsirkan hadist diatas karena saya bukan ahlinya. Tapi kalau kita diperintah untuk "memperhatikan" dengan siapa kita berteman ya "perhatikan" saja semampu kita sambil memohon perlindungan Allah, semoga pertemanan kita dengan siapapun akan semakin mendekatkan kita kepadaNYA, bukan sebaliknya.


Dan ini bukan berarti kita harus menjadi pribadi yang ekslusif, menutup diri dan kebaikan2 kita kepada siapapun. Bahkan kita pantas untuk berusaha bagaimana menjadi pribadi yang bisa meneruskan "kebaikan" Allah kepada orang lain.


Jika kita mengetahui kedudukan diri di hadapan Allah, semakin banyak teman, insha Allah akan semakin memahami keberagaman dan tidak mudah terjatuh pada sikap-sikap ekstrim yang membabi buta. akan semakin bijak dalam memandang dan memutuskan sesuatu.


Saya pribadi berharap, semoga keberadaan saya sebagai teman siapapun yang membaca tulisan ini tidak membuat anda semua tidak nyaman. Ingin sekali membahagiakan siapapun, tapi sebagai manusia pasti akan banyak sekali kekhilafan dan kekurangan.

So I'm sorry, good bye. Eh...blm good bye dulu deh....masih ingin berteman dengan kalian semua :).

Betul 'quote" seorang teman..... "Indahnya Dunia Maya"..... ;)



Bogor, 20 April 2010

NB : Foto milik pribadi


Yang penuh kasih sayang, Cinta Hakiki http://sabarya.blogspot.com


Minggu, 18 April 2010

Kisah Daun Salam...





Ada sehelai daun salam .....Melayang-layang di langit senja...
Ia baru saja lepas dari pohonnya...
Yang memeluknya sejak awal kehadirannya...


Daun salam menangis pilu...
Perpisahannya telah ditentukan sang waktu...
Ingin menahan laju...
Namun ia semakin jauh....


Daun salam ditangkap angin malam...
Membawanya jauh  menyebrangi  lautan...
Daun salam bertanya...
Hendak kemana ia akan dilabuhkan...


"Hai angin hendak kemana kau bawa aku ?..."

"Aku hendak membawamu ke tempat yang jauh....
Ke tempat dimana ragamu akan semakin rapuh...."

"Hai angin malam, dapatkah yang akan rapuh mengajukan permintaan...?"


Angin malam gusar mendengar pertanyaan 
"Apa yang kau inginkan ? sepanjang hidupku tak ada daun yang memiliki pilihan"

Daun salam berkata:
"Jatuhkan aku ke tengah lautan...
Disana aku memiliki  teman...
Yang tak akan mengecewakan..".


Angin terheran-heran,
"Apa yang kau katakan ?...
Di sana hanya ada gelombang dan batu karang
Siapakah yang kau maksudkan ?"


"Dia adalah buih di lautan...
Makhluk yang disebut-sebut dalam Al-Qur'an...
Telah menjadi  barang perumpamaan
Tentang ketidak-berartian dan kefaqiran "


"Dari ketinggian sana, aku telah sering menyaksikan...
Betapa banyak manusia ditelan kesombongannya...
Aku tak ingin hidup bersama mereka...
Yang telah dikelabui hawa nafsunya..."


"Mereka mengira diri sempurna...
Pandai dan cakap dengan sendirinya...
Kepada sesama hamba kikir, dengki, saling menjatuhkan...
Tak sadar semua hanya pinjaman..."

"Bawalah aku pada buih di lautan...
Yang sadar akan kurang dan kelemahan...
Diombang-ambing ombak di lautan...
Tenggelam dalam syukur dan rasa kefaqiran....
Tiada daya dan kekuatan melainkan karena bersama Tuhan..."

"Wahai angin malam...
Antarlah aku kepadanya...
Bersamanya aku ingin menghabiskan usiaku...."

Angin malam tertunduk kesedihan....
Tiada kata untuk menolak permohonan...
Dibentang sayap menuju samudra dalam...
Melepas daun yang kesusahan......


--------------------------------------------------------
Link Foto :
http://images.google.co.id/imglanding?q=sehelai%20daun&imgurl=http://farm4.static.flickr.com/3444/3385966468_3713a6d834.jpg&imgrefurl=http://ruanghatikita.wordpress.com/2009/11/22/pesan-gugurnya-sehelai-daun/&usg=__gDO7Z6dJangfJKQxish3xJKXpr0=&h=500&w=357&sz=83&hl=id&um=1&itbs=1&tbnid=IRRGlx8htXfM1M:&tbnh=130&tbnw=93&prev=/images%3Fq%3Dsehelai%2Bdaun%26um%3D1%26hl%3Did%26tbs%3Disch:1&um=1&tbs=isch:1&start=13#tbnid=IRRGlx8htXfM1M&start=17

Sabtu, 17 April 2010

Tersenyumlah...........




Bumi berkaca-kaca...
Rintihnya memilukan hati...
Ia bertanya-tanya....
Tiada satupun yang menjawabnya...
Ujarnya....


Wahai Hari ....
Mengapa tak kutemukan terangmu ?......
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu  untuk menambah harapanku
Apakah kau melihat manusia melakukan dosa di sinarmu ?
Tersenyumlah matahariku...
Tak semua telah membuatmu nestapa...


Wahai Hujan....
Mengapa tak kutemukan basahmu ?....
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu untuk menyuburkanku
Apakah kau melihat manusia melakukan nista di pantulan airmu ?...
Tersenyumlah pelangiku...
Tak semua telah membuatmu lara....


Wahai Senja....
Mengapa tak kutemukan jinggamu ?....
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu untuk ketentramanku
Apakah kau melihat manusia melakukan khilaf di lembayungmu ?
Tersenyumlah kelamku...
Tak semua telah membuatmu duka...


Wahai Angin...
Mengapa tak kutemukan sejukmu ?
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu untuk mengasuhku...
Apakah kau melihat manusia melakukan ma'siyat di selendangmu ?
Tersenyumlah buaianku...
Tak semua telah membuatmu bermuram durja



Sshh.....sshh.....sshhh
Heninglah....!!!
Suara siapakah itu ?...


Sshh....sshh...sshh
Wahai Bumi....
Aku Embun di daun kering....
Aku datang dari negeri yang jauh...
Dituntun angin yang tak ingin kau tahu kehadirannya


Wahai Bumi....
Mengapa tak kutemukan ikhlasmu ?
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu untuk menangkup Qadha'-NYA
Kau tempat semua yang diberi kehidupan berjalan...
Kau tempat semua yang bernafsu terpuaskan...
Kau tempat semua yang pasti mati terkuburkan...
Tetapi...
Kau pun tempatnya semua yang yakin beramal shaleh
Kau jua tempatnya semua pendosa bertaubat
Kau lagi tempat  semua perindu berdzikir
.............................................................
Tersenyumlah Permadaniku...
Tak semua telah membuatmu berputus asa...


Link foto : http://www.google.co.id/imglanding?q=bumi%20menangis&imgurl=http://dadangnugroho.files.wordpress.com/2008/09/earths_crying_ey1.jpg&imgrefurl=http://dadangnugroho.wordpress.com/2008/09/19/bumi-menangis-bumiku-meleleh/&usg=__9_TkGSuxPzof0VDF629gnNpUjc0=&h=768&w=1024&sz=56&hl=id&itbs=1&tbnid=Yhd4RN2_76spRM:&tbnh=113&tbnw=150&prev=/images%3Fq%3Dbumi%2Bmenangis%26hl%3Did%26gbv%3D2%26tbs%3Disch:1&gbv=2&tbs=isch:1&start=15#tbnid=Yhd4RN2_76spRM&start=19

Kamis, 15 April 2010

Waktuku......


 Rabby.....

Di "telagaku" kutuliskan sesuatu...
Tentang waktuku.....

Betapa yang paling berharga yang KAU anugrahkan padaku...
Waktuku...
Kesempatanku... 
Telah "terampas" di masa-masa yang lalu...

Begitu banyak yang harus tumbuh berkembang telah kubiarkan layu
Begitu banyak yang harus berkilau bercahaya telah kubiarkan gulita

Semua demi memuaskan ambisi  bahkan  yang tak kukenal
Semua demi menambahkan kejayaan bahkan sesuatu yang tak kurasakan

Dan hebatnya...
Demi semua itu telah kupertaruhkan segala yang kumiliki...
Waktuku.....
Kesempatanku.....


Didalamnya ada "mutiara-mutiara mahal" yang tak kuhiraukan...
Didalamnya ada "berlian permata tak ternilai" yang tak kuperdulikan.....


Aku berkecimpung dalam sesuatu yang tak kumengerti dalam tahun-tahun terbaikku
Sedang yang terbaik itu tak kan pernah kembali

Rabby.....


Telah KAU pilihkan jalan itu untukku....

Segala yang datang daripadaMU adalah Zamrud tak ternilai

Bergelombang Rahasia MU dalam taqdirku


Kusyukuri dalam jiwa terdalamku.....
Adalah karunia besar apabila semua itu merupakan cahaya bagiku...
Menemukan jalan MU...
Tak kusesali yang telah hilang dari waktuku...kesempatanku......
Jika itu harga yang harus kubayar untuk sampai kepadaMU......
 Hanya pada........................ MU




Link Foto:  http://www.google.co.id/imglanding?q=waktu&imgurl

Sabtu, 10 April 2010

Untuk Sebuah Kebersamaan


Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali toleransi dan prasangka baik
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
Akan ditemui sedikit perbedaan cara pandang dan cara bertindak



Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali kesabaran
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
Akan ditemui sedikit masalah



Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali  komunikasi
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
Akan ditemui sedikit kesalahfahaman


Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali pelukan
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
akan ditemui sedikit ketakutan


Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali senyuman
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
Akan ditemui sedikit kekurang-mesraan


Untuk sebuah kebersamaan
Harus disediakan banyak sekali do'a dan harapan
Karena ternyata
Dalam sebuah kebersamaan
akan ditemui sedikit keputus asaan


Syukuri setiap detik kebersamaan yang kau miliki
Kau tak pernah tahu
Bahwa kau akan menyesali perpisahan yang akan terjadi
Dimana kau akan mengerti
Betapa berharganya kebersamaan yang kau punyai
Saat kau menyadari ... yang kau cintai telah pergi


Aku berlindung kepada Allah dari segala fitnah yang hendak menebarkan perpecahan dan permusuhan, baik di dalam keluarga, maupun umat ini.
Kiranya Allah berkenan menyempurnakan nikmatNYA untuk mempersatukan kami didalam diriNYA... 


Rabu, 07 April 2010

Cerpen yang akan datang

Assalamu'alaikum sahabat-sahabat, cerpen yang akan terbit selanjutnya berjudul "Guruku Cantik Sekali".

Menceritakan tentang seorang wanita bernama Reina seorang guru sekolah dasar berasal dari Bandung yang mendapat tugas mengajar di Bukit Tinggi Sumatra Barat.Banyak kisah menarik selama tugasnya disana bersama anak-anak didiknya yang sekaligus juga menjadi sahabatnya, ada beberapa warga sana yang mencemburui kehadirannya karena telah menarik perhatian banyak pemuda setempat karena kecantikannya, konflik perebutan lahan warga yang menyeretnya pada masalah yang tidak ia mengerti dan tentu saja...favorit para ibu...ada bumbu romans yang memberi cita rasa pada cerita ini,tentu saja berusaha masih pada koridor agama yaaa supaya bisa menjadi tauladan untuk para pembaca. Do'akan bisa terbit secepatnya Ok?

Terima kasiiih.....

Salam dari Penulis ^,^

Winny
Bogor 8 April 2010

Sabtu, 03 April 2010

Yang Pemurah



Pada suatu masa di suatu tempat di Persia, hidup dua orang pemuda yang bersahabat. Keduanya sama bekerja sebagai pedagang disebuah pasar. Seorang berjualan kain bernama Salman sedang yang lain berjualan tepung gandum bernama Rustam.Keduanya tinggal di daerah yang sama hanya berbeda apartemen.Disamping mereka, ada juga seorang anak bernama Fahreza yang sering bertemu keduanya di pasar,karena orang tua Fahreza juga berjualan di pasar itu yang letak kiosnya bersebelahan dengan kios keduanya.


Pada suatu siang, seperti biasa Salman sedang membereskan gulungan kain-kainnya di kiosnya. Pada saat yang bersamaan Rustam membawa dua karung gandum ke kiosnya lalu menumpahkan isinya kedalam kotak terdepan di kiosnya,karena terburu-buru, isi karung tumpah sebagian keluar dari kotak penyimpanannya sehingga tepung  gandum dan banyak "debunya" mengenai dan mengotori kain-kain jualan Salman.
Rustam:"Wah tumpah lagi, maafkan aku ya Salman..."
Salman:" Tidak apa-apa kawan,biar kubersihkan lagi kainnya,yang kotor cuma sedikit kok"
Kejadian ini sering terjadi,namun Salman tidak keberatan karena Rustam selalu meminta maaf.

Pada hari yang lain,saat istirahat siang, Salman dan Rustam diajak makan bersama orang tua Fahreza di kiosnya, Keduanya dipersilahkan untuk mencicipi gulai kambing yang dimasak ibunda Fahreza. Saat Salman mengambil gulai ke dalam piringnya, gulai panas yang ada di sendoknya tanpa sengaja tumpah ke paha Rustam yang sedang bersila. Tanpa dikomando,Rustam mengaduh  kepanasan.
Salman:"Innalillahi, Rustam maafkan saya,saya tidak sengaja..."
Rustam tidak menjawab mulutnya hanya meringis saja. Ini yang kesekian kali Salman menumpahkan sesuatu ke bajunya, karena memang tangan Salman agak lemah setelah diserang penyakit  diwaktu masa kecilnya. Ayahanda Fahreza menuangkan gulai kedalam piring anaknya seraya berkata:"Ayo silahkan dimakan nanti keburu dingin gulainya".Mereka berempatpun makan dengan nikmatnya.


Dihari yang lain, dimana saat itu sedang hujan deras, Salman sedang didatangi pembeli yang  menawar kainnya. Tiba-tiba datang Rustam menghampiri Salman seraya berbisik kepadanya:
"Salman,tolong aku sebentar ,kiosku bocor atapnya,bisa kau bantu aku mengangkat karung-karung tepungku takut kebasahan ?".
Salman menatap Pembelinya dan sahabatnya, tanpa waktu lama Salman pamit sebentar kepada pembelinya untuk menolong sahabatnya karena fikirnya tepung-tepung milik Rustam tidak akan laku terjual jika kebasahan kena air hujan. Saat tepung-tepung itu selesai dipindahkan,Salman kembali ke kiosnya yang terletak disebelah kios Rustam,dilihatnya pembeli yang tadi menawar dagangannya telah pergi dan tidak kembali lagi hingga sore hari.Menyadari hal itu Rustam berkata:
"Salman,aku minta maaf,gara-gara aku kau kehilangan pelangganmu hari ini".
"Tidak apa-apa kawan, rezeki kita kan sudah diatur,yang tadi berarti belum rezekyku".
Rustam tersenyum,lalu melanjutkan lagi pekerjaannya.


Dihari berikutnya, Rustam sedang menimbang tepung gandumnya. Dari kejauhan ia melihat Salman sedang memikul gulungan panjang kain di pundaknya hendak dibawa masuk ke dalam kiosnya. tanpa sengaja, saat hendak berbelok ke pintu kiosnya, gulungan kain Salman yang panjang, ujungnya mengenai pundak Rustam agak keras,sehingga tangan Rustam yang sedang memegang cidukan tepung terlepas dan tepungnya berhamburan.Menyadari itu,Salman segera meminta maaf:
"Ya Allah,Rustam maafkan aku,aku tidak hati-hati,kamu tidak apa-apa kan?"
Salman bertanya khawatir. Rustam menepuk-nepuk tangannya yang penuh dengan tepung gandum yang tumpah:
"Ya kalau cuma maaf gampang, tapi kalau sering tidak hati-hati begini, aku bisa rugi kawan,tuh tepungku jadi tumpah,pembeli mana mau tepung yang kotor".
Salman meringis, ia sangat menyesal telah menumpahkan dagangan kawannya karena keteledorannya.


Salman dan Rustam sama-sama menyukai seorang gadis yang mereka kenal di pasar, namun gadis itu ternyata telah memilih dan menerima pinangan Rustam. Walaupun Salman telah mengetahui hal tersebut dan hatinya merasa kecewa, namun jika mereka bertemu Salman berusaha tetap ramah kepada gadis itu sehingga menimbulkan kecemburuan Rustam. Pada suatu siang di depan kios mereka, Salman dan Rustam nampak sedang berbincang-bincang, terdengar Salman berkata:
"Rustam, bagaimanapun aku pernah mencintai gadis itu, maafkan aku jika aku telah lancang beramah-ramah kepadanya".
Rustam diam, wajahnya tak bergeming, lalu ia berkata:
"Sudahlah jangan minta maaf dulu, lebih baik kamu fikirkan apa kesalahanmu supaya tidak kau ulang lagi dimasa yang akan datang".
Salman terdiam mendengar kata-kata sahabatnya. Rustampun melanjutkan :
"Tapi Salman, akupun minta maaf telah mencintai dan meminang gadis yang juga kau cintai. Ternyata dia menerima pinanganku,bukan pinanganmu. Aku harap kau tidak apa-apa".Rustam menepuk pundak Salman. Salman tersenyum lalu berkata:
"Tidak mengapa kawan, ini bermakna bahwa dia bukan jodohku,dialah jodohmu. Allah akan memilihkan untukku milikku.Insha Allah"
Keduanya tersenyum lalu Rustam meninggalkan Salman untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.


Tanpa keduanya sadari, Fahreza menyaksikan semuanya selama ini. Dia selalu berada di tempat ayahnya tidak jauh dari kios Salman dan Rustam,sehingga mengetahui apa yang sehari-hari terjadi. Melihat Rustam telah pergi, ia berlari menghampiri Salman.
Setelah keduanya bertemu,Fahreza bertanya kepada Salman:
"Paman, mengapa kau maafkan dia saat dia memintanya karena telah mengotori kain-kainmu dengan tepung gandumnya. Sedang dia belum memaafkanmu saat kau memintanya karena  menumpahkan gulai ke kakinya?"

"Paman, mengapa kau maafkan dia saat dia memintanya padahal kau telah kehilangan pembeli karena membantu mengangkat karung gandumnya yang basah. Sedang dia belum memaafkanmu saat kau memintanya karena kau senggol tangannya sehingga tumpah gandumnya."

"Paman, mengapa kau maafkan dia saat dia memintanya karena telah mengambil gadis yang kau cintai,sedang dia belum memaafkanmu saat kau memintanya karena telah beramah-ramah dengan gadisnya?"


Mendengar pertanyaan-pertanyaan Fahreza, Salman tersenyum, lalu merangkul pundak anak itu dan mengajaknya duduk di kiosnya,lalu Salman berkata:
"Reza,kuharap kau mendengarkan kata-kataku agar kau mengerti. Paman Rustam tidak mudah memaafkan kesalahanku, karena ia ingin aku belajar dari kesalahanku supaya tidak aku ulangi lagi di lain hari. Sedang aku ingin mudah memaafkannya, karena aku ingin Allah Tuhanku-pun ,mudah memaafkanku saat aku memintanya. Dia Maha Pemurah, selalu terbuka maaf dan ampunannya bagi hamba-hambaNYA yang mau bertaubat. Aku ingin belajar memaafkan kesalahan orang tanpa perhitungan, karena aku merindukan Allah pun akan memaafkan kesalahanku tanpa perhitungan, sedang Dia itu Maha Pemurah, Maha Pengampun lagi Maha Bijaksana."
 
Fahreza mendapat pelajaran hari itu, kini ia mengetahui mengapa kedua pamannya begitu berbeda.


------------------------------------------------------------------------------
Bogor, 4 April 2010

Tulisan dan Foto Original by Winny